REPUBLIKA.CO.ID, MINSK - Presiden Alexander Lukashenko dari Belarus dilantik untuk masa jabatan baru pada Rabu (23/9) dalam pelantikan yang dikecam sebagai tidak sah oleh oposisi, yang menyerukan lebih banyak protes terhadap pemerintahan yang telah berjalan 26 tahun.
Upacara mendadak, yang biasanya akan dipublikasikan sebelumnya sebagai acara kenegaraan besar, menyusul sengketa pemilihan pada 9 Agustus di mana Lukashenko mengklaim kemenangan telak.
Oposisi menuduhnya melakukan kecurangan besar-besaran dan telah melakukan protes massal selama lebih dari enam pekan menuntut pengunduran Presiden tersebut. Amerika Serikat dan Uni Eropa tengah menyusun sanksi terhadap para pejabat yang terlibat dalam pemilihan dan tindakan keras setelahnya.
Kantor berita resmi Belta mengatakan Lukashenko meletakkan tangan kanannya di atas salinan konstitusi dan mengucapkan sumpah jabatan pada sebuah upacara yang dihadiri oleh beberapa ratus orang.
Desas-desus beredar di Minsk bahwa pemimpin berusia 66 tahun, yang berkuasa sejak 1994 itu, sedang mempersiapkan upacara pelantikan mendadak ketika iring-iringan mobil melewati pusat ibu kota pada Rabu pagi.
Seorang politikus oposisi, Pavel Latushko, mengatakan pelantikan itu seperti pertemuan rahasia para pencuri. "Di mana warga yang bergembira? Di mana korps diplomatik?" ucapnya dalam unggahan di media sosial.
"Jelas sekali bahwa Alexander Lukashenko secara eksklusif adalah presiden bagi OMON (polisi anti huru hara) dan segelintir pejabat yang berbohong," imbuhnya.
Latushko pun menyerukan "tindakan pembangkangan sipil yang tidak terbatas".
Lukashenko, yang mengambil sumpah untuk masa jabatan lima tahun yang baru, berjanji untuk "dengan setia melayani rakyat Republik Belarus, menghormati dan melindungi hak dan kebebasan pribadi dan warga negara" dan membela konstitusi.
Dia sejauh ini bertahan dari protes dengan dukungan dari sekutunya, Presiden Vladimir Putin dari Rusia. Meskipun populasinya hanya 9,5 juta, Belarus penting bagi Rusia sebagai negara penyangga terhadap NATO dan saluran bagi ekspor minyak dan gas Rusia ke Moskow.
Pada pertemuan tingkat tinggi pekan lalu, Putin memberi Lukashenko pinjaman 1,5 miliar dolar AS (Rp 22 triliun) dan kedua negara mengadakan latihan pertahanan "Slavic Brotherhood" (Persaudaraan Slavic) di Belarus.