REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern meresmikan monumen memorial untuk mengenang 51 jamaah masjid yang menjadi shuhada, tewas akibat serangan teror brutal bersenjata kepada jamaah Masjid Christchurch tahun lalu.
Sambil mengenakan hijab, PM Selandia Baru Jacinda Ardern turut mengenang 51 Shuhadah yang kehilangan nyawa mereka. PM Ardern mengenakan jilbab untuk menunjukkan dukungan kepada komunitas Muslim di Selandia Baru.
Dalam kesempatan itu, PM Ardern mengambil bagian bersama para jamaah masjid, saat mengenang tragedi berdarah di Masjid Al Noor saat Kamis pagi. Setelah tragedi itu, dia mengunjungi Christchurch untuk pertama kalinya sejak hukuman terhadap teroris Australia Brenton Tarrant pada bulan lalu.
Imam masjid sempat membuat dua permintaan kepada PM Ardern. Ia meminta tragedi ini dijadikan hari peringatan nasional dan membuat undang-undang ujaran kebencian yang secara khusus memasukkan agama.
“Apakah membakar Alquran atau kitab suci, apakah itu kebebasan berbicara? Jika memang akan membuat masalah dan kemudian mengatakan ada kebebasan berbicara, maaf, kebebasan berbicara bukanlah ujaran kebencian,” kata sang Imam.
Terkait hal itu, PM Ardern mengatakan 'senang melihat beberapa teman lama' di masjid. “Saya telah melihat pemulihan orang yang membutuhkan waktu,” katanya.
Ia mengaku telah melihat proses pemulihan warga dari tragedi tersebut. "Itu menunjukkan waktu yang telah berlalu, tetapi saya rasa tidak ada yang bisa menyembuhkan apa yang terjadi di sana, " jawabnya.