REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris sedang mengkaji penerapan pembatasan sosial yang lebih ketat. Hal itu dilakukan untuk mengatasi gelombang kedua Covid-19 yang berlangsung cepat.
“Kami tidak ingin menerapkan pembatasan baru, tapi tentu saja kami terus memantau apa yang terjadi dengan tingkat Covid-19. Kami sedang mencari apa yang mungkin bisa kami lakukan," kata Menteri Kesehatan Junior Inggris Helen Whately pada Senin (28/9).
Surat kabar The Times mengatakan para menteri sedang bersiap memberlakukan karantina sosial total di sebagian besar Inggris utara dan kemungkinan London. Surat kabar itu menyebut semua pub, restoran, dan bar akan diperintahkan tutup selama dua pekan.
Saat ditanya tentang laporan The Times, Whately mengatakan Inggris berada pada titik yang sangat serius sehingga Covid-19 harus dikendalikan. Dia tidak memberikan jawaban langsung atas laporan bahwa pub akan ditutup.
"Ini adalah momen ketika kita memiliki kesempatan - kita memiliki pilihan bagi negara - untuk mengendalikan (wabah) ini kembali. Kita harus memutuskan rantai penularan ini," kata Whately.
Inggris merupakan salah satu negara terparah yang terdampak pandemi Covid-19 di Eropa. Sejauh ini negara tersebut telah mencatatkan 434.969 kasus dengan korban meninggal mencapai 41.988 jiwa.
Menjelang peringatan ulang tahunnya yang ke-94, Ratu Elizabeth akan memberikan penghargaan kepada ratusan dokter, perawat, penggalang dana, dan relawan di Inggris yang telah bekerja serta berkontribusi selama pandemi Covid-19. Daftar penerima penghargaan dijadwalkan dirilis bulan depan.
Penghargaan semacam itu telah diberikan sejak pemerintahan Ratu Victoria pada abad ke-19. Tujuannya adalah mengakui, tak hanya tokoh-tokoh terkenal, tapi juga warga sipil biasa yang telah berkontribusi pada kehidupan nasional.
Sering kali mereka memberikan kontribusi kepada negara tanpa pamrih dan tanpa tanda jasa selama bertahun-tahun. Penghargaan diharapkan dapat mengapresiasi dan mengakui kerja-kerja yang mereka lakukan.