REPUBLIKA.CO.ID, Salah satu hal yang menjadi dasar pijakan hubungan Islam dengan agama atau falsafah yang lain adalah Islam tidak akan menghalalkan hal yang diharamkan oleh agama lain dan tidak akan memerintahkan hal yang dilarang oleh agama lain. Juga sebaliknya. Jika ada agama dan falsafah lain yang memandang babi, khamr, pernikahan antaragama, dan homoseksual sebagai hal yang dihalalkan, Islam tidak akan melarangnya.
Menurut Islam, setiap agama dan falsafah yang ada di dunia ini bebas untuk mengartikulasikan nilai-nilai yang dianutnya. Sebuah peradaban yang menganut cara pandang sekularisme liberal bebas untuk mengartikulasikan nilai-nilai yang ia anut selama artikulasi tersebut tidak mengganggu atau bahkan dipaksakan kepada cara pandang peradaban lain.
Begitu juga dengan peradaban yang memiliki cara pandang komunisme, Kristen, kapitalisme, konfucianisme, dan lain-lain. Dengan demikian, Islam menolak tesis benturan peradaban (clash of civilization) Samuel Huntington dan the End of History Francis Fukuyama.
Menurut Muhammad Imarah dalam Min Fiqh Al-Muwajahah baina Al-Gharb wa Al-Islam (Kairo: 2003), untuk mengganti falsafah benturan dan hegemoni tersebut Islam menawarkan konsep kompetisi (musabaqah). Konsep tersebut akan mengajarkan perlombaan, kerja sama, dan saling pengertian, bukan hegemoni, benturan, dan perang.
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Allah SWT berfirman: “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) tempat ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (untuk berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Seungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS Al-Baqarah: 148).
Islam mengajak setiap peradaban yang memiliki cara pandang berbeda untuk membuktikan bahwa cara pandang yang ia anut adalah cara pandang yang terbaik. Benturan biasanya akan melenyapkan kemajemukan. Dalam benturan selalu ada hegemoni. Hegemoni selalu mengarah kepada penjajahan serta kemanunggalan.
Segala sesuatu harus melebur, menyatu, mengikuti, dan menyerah kepada yang kuat. Tentu saja hal ini bertentangan dengan demokrasi, HAM, kemajemukan, dan kebebasan yang selama ini sering dikampanyekan oleh orang-orang penganut nilai-nilai liberal.
Bahkan, menurut Imarah, Islam menginginkan agar dunia ini menjadi forum peradaban (al-muntada al-hadhari) yang terdiri dari berbagai agama, falsafah, dan kebudayaan.
Islam tidak menginginkan hegemoni tetapi menginginkan pluralitas. Cara pandang Islam terhadap peradaban tersebut akan membentuk pluralitas peradaban. Dalam keadaan tersebut tidak akan ada lagi hegemoni, penjajahan, benturan, dan perang.