REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dahulu kaum salaf (generasi pertama umat Islam) saat membaca Alquran, mereka melakukannya dengan mentadaburi, penuh kekhusyukan, dan tangisan. Dikutip dari buku Tajwid Lengkap Asy-Syafi'i karya Abu Ya'la Kurnaedi, Abdullah bin Saddad berkata, "Aku mendengar isak tangis Umar, dan aku berada di akhir shaf ketika dia membaca ayat:
إنماأشكوا بثى وحزنى إلى الله
"Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku," (Alquran surah Yusuf ayat 86) hadits riwayat Al-Bukhari.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إن من أحسن الناس صوتا بالقرآن، الذي إذا سمعتموه يقرأ، حسبتموه يخشى الله
"Sesungguhnya manusia yang paling bagus suaranya dalam membaca Alquran adalah orang yang jika mendengar dia membaca, kalian menyangkanya dia takut kepada Allah," hadits riwayat Ibnu Majah.
Bahkan kita mendapati bagaimana kaum salaf (sahabat dan Tabi'in) mengulang-ulang beberapa ayat untuk ditadaburi dan mereka pun khusyuk dalam membacanya, sebagaimana hal tersebut diceritakan oleh Imam an-Nawawi rahimahullah dalam kitabnya At-Tibyan. "Di antara mereka adalah Tamim ad-Dari Radhiyallahu Anhu, bahwa beliau mengulang-ulang ayat ini sampai shubuh:
أم حسب الذين اجترحوا السيئات أن نجعلهم كالذي ءامنوا وعملوا لصلحت سواء محيا هم ومماتحم ساء ما يحكمون
'Apakah orang-orang yang melakukan kejahatan itu mengira Kami akan memperlakukan mereka seperti orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, yaitu sama dalam kehidupan dan kematian mereka? Alangkah buruknya penilaian mereka itu' (Alquran surah Al-Jatsiyah ayat 21)."