REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani membatalkan agenda pertemuan pemerintah yang dijadwalkan digelar pada Selasa (6/10). Keputusan tersebut diambil karena dia takut tertular Covid-19.
Kantor berita semi-resmi Iran, Fars, melaporkan Rouhani seharusnya mengadakan pertemuan penting yang bakal turut dihadiri ketua parlemen Iran Mohammad Bagher Ghalibaf. Namun agenda itu dibatalkan karena Ghalibaf dinyatakan positif terinfeksi Covid-19.
Ghalibaf tertular setelah mengunjungi Imam Khomeini Hospital dan melakukan kontak dengan pasien positif virus korona. Pada Senin (5/10), Kementerian Kesehatan Iran mengatakan hampir seluruh wilayah Iran dalam keadaan siaga penanganan Covid-19. Hal itu disebabkan jumlah kasus dan kematian yang terus melonjak, bahkan menyentuh rekor baru.
Berdasarkan data yang dihimpun Worldmeters, sejauh ini Iran telah mencatatkan 475.674 kasus Covid-19 dengan 27.192 kematian. Sementara itu jumlah pasien pulih mencapai 392.293 orang. Angka tersebut menjadikan Iran sebagai negara yang paling parah terdampak pandemi.
Di tingkat global, Iran menempati posisi ke-13 sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia. Dalam urutan 20 besar, selain Iran terdapat dua negara Timur Tengah lainnya, yakni Irak dan Arab Saudi. Iran menempati posisi ke-15 dengan 382.949 kasus dan 9.464 kematian. Sementara pasien pulih di negara tersebut sebanyak 312.158 orang.
Sedangkan Saudi menempati posisi ke-17 dengan 336.766 kasus dan 4.898 kematian. Sementara total kepulihan mencapai 322.055 pasien.