REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump berharap semua pasukan negara itu di Afghanistan harus pulang sebelum perayaan Natal, Rabu (7/10). Pernyataan itu disampaikan beberapa jam setelah penasihat keamanan nasionalnya mengatakan, Washington akan mengurangi pasukan di Afghanistan menjadi 2.500 pada awal tahun mendatang.
"Kita harus memulangkan tentara kita tersisa yang gagah berani pria dan wanita di Afghanistan pada perayaan Natal ini," ujar Trump melalui akun Twitter pribadinya.
Kesepakatan penting antara AS dan Taliban pada Februari memerintahkan pasukan asing meninggalkan Afghanistan pada Mei 2021 dengan imbalan jaminan kontraterorisme dari Taliban. Kelompok tersebut pun setuju untuk merundingkan gencatan senjata permanen dan formula pembagian kekuasaan dengan Pemerintah Afghanistan.
Meski Trump telah sesumbar untuk memulangkan seluruh pasukan AS sebelum tahun baru, para pejabat mengatakan, pengurangan akan tergantung pada kondisi di Afghanistan. Pernyataan tersebut tidak diketahui pasti kekuatannya sebagai perintah resmi atau hanya harapannya saja.
Trump telah sering menyatakan ingin menyelesaikan perang yang tidak berujung sebagai landasan kebijakan luar negerinya. Meski begitu, masih ada ribuan pasukan tetap berada di Irak, Suriah dan Afghanistan.
Hanya beberapa jam sebelum kicauan Trump di Twitter, Penasihat Keamanan Nasional AS, Robert O'Brien, mengatakan, saat ini Washington masih memiliki kurang dari 5.000 tentara di Afghanistan. Rencana terbaru pemerintah akan menurunkan jumlah tersebut menjadi 2.500 pada awal tahun berikutnya.
"Pada akhirnya, Afghanistan sendiri harus membuat kesepakatan, kesepakatan damai. ... Ini akan menjadi kemajuan yang lambat, ini akan menjadi kemajuan yang sulit, tetapi kami pikir ini adalah langkah yang perlu, kami pikir warga Amerika perlu pulang," kata O'Brien dalam sebuah acara di Universitas Nevada, Las Vegas.