Keputusan Turki untuk membuka kembali sebagian Varosha, sebuah resor tepi laut di Siprus, yang berada di bawah administrasi Turki, telah menimbulkan kekhawatiran lokal dan internasional Presiden Siprus selatan Nicos Anastasiades, yang mayoritas penduduknya etnis Yunani, menyebut hal itu sebagai "pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB." Sekutu dekat Siprus, Yunani, juga memperingatkan bahwa masalah tersebut akan mereka bahas dengan Uni Eropa.
Wilayah yang hilang
Perselisihan antar etnis yang berlangsung selama beberapa dekade di Siprus membuat mayoritas penduduk keturunan Yunani dan minoritas keturunan Turki memuncak pada 1974, ketika Turki menginvasi Siprus dan membagi pulau itu menurut garis etnis.
Bertahun-tahun sebelumnya, wilayah Varosha merupakan resor utama Siprus dengan hamparan pantai sepanjang satu setengah kilometer dan menjadikannya destinasi wisata kelas dunia. Namun sekarang, Varosha tampak seperti kota hantu, dengan pepohonan liar tumbuh di bangunan terbengkalai yang menghadap ke laut.
Sementara beberapa warga Siprus Turki memuji pembukaan kembali wilayah di szona penyangga PBB itu, warga Siprus Yunani melakukan aksi protes terhadap langkah itu.
"Meskipun saya mengharapkan ini, saya menggigil saat melihat tempat-tempat yang saya kenal," kata warga Siprus Yunani dan penduduk asli Varosha, Kyriakos Charalambides, saat menyaksikan pembukaan wilayah itu dari rumahnya di ibu kota Siprus, Nicosia.
"Ini adalah kesedihan yang tidak bisa dihibur ... Varosha telah hilang," ujarnya.
Langkah politik
Dijaga oleh pasukan Siprus Turki, pantai Vaerosha kini telah dibuka kembali, hanya tiga hari sebelum warga Siprus Turki memilih pemimpin baru yang akan mewakili mereka dalam pembicaraan damai yang difasilitasi oleh PBB.
Beberapa orang mengatakan bahwa langkah tersebut mungkin merupakan upaya Turki untuk mempengaruhi pemilihan yang akan datang, yakni dengan mendukung pemimpin nasionalis dan Perdana Menteri Siprus Turki Ersin Tatar, tokoh yang mengumumkan pembukaan kembali Varosha setelah berkonsultasi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Tatar siap menantang Presiden Mustafa Akinci, yang mengeritik langkah ini.
"Pembukaan kembali Varosha ditujukan semata-mata untuk meningkatkan peluang satu kandidat," kata Akinci, menyebut tindakan tersebut sebagai "kesalahan yang akan menempatkan rakyat Siprus Turki dalam situasi sulit di panggung internasional."
Meskipun Akinci tidak memiliki hubungan baik dengan Turki, ia adalah satu-satunya pejabat Siprus Turki yang memiliki status internasional. Khususnya, Republik Turki Siprus Utara (nama bagian utaranya) hanya diakui sebagai negara oleh Turki.
Langkah untuk membuka kembali pantai di Varosha terjadi ketika ketegangan sudah tinggi di Mediterania timur, dengan Turki menghadapi Yunani dan Siprus atas sengketa maritim.
ha/hp