Ahad 11 Oct 2020 20:35 WIB

Pesta Pernikahan Diduga Picu Rekor Kasus Covid-19 di Sumbar

Pada Ahad (11/10), Sumbar mencatatkan tambahan kasus harian Covid-19 tertinggi.

Kepala Laboratorium Pusat Diasnostik dan Riset Penyakit Infeksi Universitas Andalas, Padang Dr. dr. Andani Eka Putra, M.Sc
Foto: Republika/Febrian Fachri
Kepala Laboratorium Pusat Diasnostik dan Riset Penyakit Infeksi Universitas Andalas, Padang Dr. dr. Andani Eka Putra, M.Sc

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pembiaran pelaksanaan kegiatan keramaian seperti pesta pernikahan terutama di daerah zona merah ditengarai menjadi salah satu faktor penyebab tingginya kasus positif harian Covid-19 di Sumbar. Pada Ahad (11/10), Sumbar mencatatkan tambahan kasus harian Covid-19 tertinggi.

"Seharusnya kegiatan keramaian seperti pesta perkawinan dilarang dulu untuk daerah zona merah Covid-19 karena potensi penyebaran virus di situ sangat tinggi," kata Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Unand, DR dr. Andani Eka Putra, M.Sc di Padang, Ahad.

Baca Juga

Saat ini, sebagian daerah masih mengizinkan pelaksanaan keramaian seperti pesta perkawinan tersebut, salah satunya Kota Padang. Padahal setiap pekan selalu masuk zona merah Covid-19 di Sumbar.

Andani menilai, perlu ketegasan dari pemerintah daerah untuk melarang kegiatan keramaian itu sementara waktu hingga kondisi stabil kembali. Selain faktor itu, masyarakat yang abai dengan protokol kesehatan hingga tidak menggunakan masker di luar rumah, kedatangan orang dari luar provinsi yang tidak bisa dicegah dan belum maksimalnya pengendalian pasien positif yang melakukan isolasi mandiri juga menjadi faktor pendukung tingginya penyebaran Covid-19 di Sumbar.

Untuk masyarakat yang abai itu sekarang sudah ada Perda Nomor 6 Tahun 2020 yang salah satunya berisi sanksi bagi orang yang tidak bermasker di luar rumah. Perda itu dinilai bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menaati protokol kesehatan.

Melarang orang yang datang dari luar provinsi hanya bisa dilakukan saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Solusinya tetap kembali pada disiplin menerapkan protokol kesehatan. Selain itu orang yang datang lewat pintu udara diminta melakukan tes usapPCR gratis di bandara.

Isolasi mandiri bagi pasien positif COVID-19 tanpa gejala juga menjadi faktor yang bisa menyebabkan peningkatan kasus positif COVID-19 di Sumbar.

"Kondisi ini terjadi di DKI Jakarta. Pasien yang isolasi mandiri tidak bisa dikendalikan sehingga kadang curi-curi keluar, berpotensi menyebarkan virus pada yang lain," ujar Andani.

Ke depan yang paling mengkhawatirkan, menurut dia, adalah pelaksanaan Pilkada. Ia berharap calon kepala daerah tidak melakukan penghimpunan massa tanpa protokol kesehatan sehingga bisa menjadi kluster baru.

Ia menilai saat ini penyebaran Covid-19 di Sumbar masih terkendali meskipun angka positif harian terus naik. Hal itu terlihat dari positivity rate yang tidak lebih dari lima persen.

"Perlu kesadaran bersama untuk mengatasi pandemi Covid-19 ini," katanya.

Sementara itu, Juru Bicara Covid-19 Sumbar, Jasman mengatakan untuk daerah zona merah sebenarnya sudah ada edaran gubernur yang meminta daerah melarang kegiatan keramaian seperti pesta perkawinan.

"Kita selalu mengimbau kabupaten/kota untuk menyesuaikan segala aktivitas di daerahnya dengan protokol di masing-masing zona," katanya.

Pada Ahad (11/10), Sumbar kembali mencatatkan angka penambahan positif Covid-19 harian tertinggi. Di mana terdapat 319 orang warga Sumbar dinyatakan telah positif tertular virus corona jenis baru. Total kasus positif covid-19 di Sumbar sampai sekarang sudah 8.677 orang.

"Kami menerima hasil pemeriksaan spesimen yang dikirim oleh penanggungjawab Laboratorium Dr. dr. Andani Eka Putra, M.Sc, bahwa dari 3.148 spesimen yang diperiksa, didapat hasil sementara 319 orang positif covid-19," kata Jasman.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement