REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Marsudi Syuhud memastikan PBNU akan memperingati Hari Santri Nasional 2020 yang jatuh pada tanggal 22 Oktober. Acara peringatan ini, menurut dia, bisa dilakukan melalui daring sebagai wujud penerapan protokol kesehatan.
"Kita akan tetap memperingati Hari Santri Nasional pada tahun ini sesuai protokol kesehatan, mungkin dengan tahlilan se-nasional menggunakan aplikasi Zoom, dan pidato ketua umum PBNU (KH Said Aqil Siroj) dan lainnya," kata dia kepada Republika, Senin (12/10).
Kiai Marsudi menambahkan, untuk sementara ini tema Hari Peringatan Santri belum ditentukan. Dia mengatakan, tema yang diangkat nantinya akan disesuaikan dengan konteks pandemi Covid-19.
Hari Santri, terang Kiai Marsudi, memiliki makna penting yaitu untuk menjaga konsensus yang telah disepakati atau disebut mu'ahadah wathoniyah (kesepakatan kebangsaan). "Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila itu adalah kesepakatan bersama, jadi makna Hari Santri ini untuk menjaga kesepakatan mu'ahadah wathoniyah itu," ucapnya.
Kiai Marsudi melanjutkan, santri memiliki peran yang sangat penting di tengah wabah corona saat ini. Santri berperan untuk mengingatkan masyarakat untuk terus mendekatkan diri pada Allah SWT dengan meningkatkan amal ibadah.
Apalagi, dia mengatakan, pagebluk alias wabah yang terjadi sekarang ini tidak hanya menimpa Indonesia tetapi juga seluruh dunia. "Kita hendaknya tetap waspada. Bagi umat Islam, sebetulnya menjadi umat Islam itu lebih mudah ketika menghadapi apa saja karena semua sudah ada tuntunannya," jelasnya.
"Jadi enggak usah pada bingung, ada tuntunannya, dan agama pun menyampaikan bahwa setiap ada penyakit maka ada obatnya. Optimislah nanti ketemu obatnya, dan yang terpenting sekarang adalah harus menjaga protokol kesehatan biar enggak kena Covid," imbuhnya.