Kamis 15 Oct 2020 02:20 WIB

INKA Tanda Tangani Proyek Pengerjaan Kereta dengan Kongo

INKA akan menjadi project developer untuk perkeretaapian dan intermoda di Kongo.

Ilustrasi Pembuatan kereta Light Rail Transit (LRT) di PT Industri Kereta Api (Inka).
Foto: Antara/Siswowidodo
Ilustrasi Pembuatan kereta Light Rail Transit (LRT) di PT Industri Kereta Api (Inka).

REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- PT INKA (Persero) menandatangani kontrak dengan Republik Demokratik Kongo/DRC untuk pengerjaan proyek berskala besar berupa produksi kebutuhan transportasi kereta yang saat ini sedang dikembangkan negara Afrika tersebut. Direktur PT INKA (Persero) Budi Noviantoro mengatakan proyek kebutuhan transportasi kereta tersebut berupa pengerjaan kereta api, kereta barang, termasuk kereta rel listrik (KRL).

"PT INKA (Persero) akan menjadi project developer untuk perkeretaapian dan intermoda di DRC. INKA akan suplai lokomotif, gerbong barang, KRDE (Kereta Rel Diesel Elektrik), dan KRL (Kereta Rel Listrik). Kemudian kita akan ajak beberapa BUMN karya di Indonesia untuk mengerjakan infrastruktur perkeretaapiannya di sana," ujar Budi Noviantoro disela kegiatan penandatanganan yang dilakukan di gedung pertemuan PT INKA (Persero) di Kota Madiun, Jawa Timur, Rabu (14/10).

Baca Juga

Menurut dia, proyek dengan nilai total sekitar 11 miliar dolar AS tersebut akan dikerjakan mulai fase I dengan target empat tahun mulai tahun 2021. Pada fase I yang akan dikerjakan meliputi proyek kereta api Kinsasha Urban Loop Line yakni transportasi di daerah perkotaan kemudian dilanjutkan jalur Kinsasha menuju Matadi Port dan Banana Port.

"Panjang jalur kereta untuk fase pertama itu sekitar 580 kilometer dengan target Kinsasha Urban Loop Line dan jalur kereta menuju Matadi Port dan Banana Port. Setelah ase I nanti kita lanjutkan ke fase berikutnya hingga total jalurnya mencapai sepanjang 4.100 kilometer terbangun mencakup wilayah utara dan selatan DRC," katanya.

Adapun, penandatangan proyek tersebut tidak hanya dilakukan oleh PT INKA dan pemerintah Kongo saja. Penandatanganan juga dilakukan bersama PT Len Industri (Persero), PT Barata Indonesia (Persero), PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), dan PT Dirgantara Indonesia (Persero).

Budi Noviantoro menjelaskan, pengerjaan proyek transportasi kereta beserta infrasrukturnya tersebut merupakan bagian dari sinergi lima BUMN dengan TSG Global Holdings dalam kesepakatan bersama berupa "Master Framework Join Development Agreement" (MFJDA) dengan Democratic Republic of the Congo yang ditindaklanjuti dengan kesepatan "Master Implementation Join Development Agreement" (MIJDA).

Selain PT INKA (Persero), lima BUMN tersebut adalah PT Barata Indonesia (Persero), PT LEN (Persero), PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), dan PT Dirgantara Indonesia (Persero). Selain proyek perkeretaapian, PT INKA (Persero) juga turut serta dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 200 Mega Watt peak (MWp) di Kinshasa, DRC, Afrika.

PT Len Industri (Persero), PT Barata Indonesia (Persero), dan PT INKA (Persero) merupakan konsorsium yang akan mengerjakan proyek PLTS tersebut. Adapun acara "ground breaking" proyek PLTS telah dilangsungkan pada tanggal 19 Agustus 2020 bertempat di daerah Kinshasa, DRC, Afrika.

Budi Noviantoro menambahkan, selain untuk memasok kebutuhan listrik masyarakat sekitar, PLTS tersebut ketika nanti sudah beroperasi, juga akan dimanfaatkan untuk pasokan listrik di sektor transportasi yakni dalam mendukung operasional sarana kereta salah satunya KRL (Kereta Rel Listrik).

Adapun ekspansi pengerjaan proyek ke DRC tersebut akan menambah "supply record" PT INKA (Persero) ke pasar luar negeri setelah sebanyak 250 kereta pesanan Bangladesh selesai dikirim pada awal Oktober 2020.

Proyek ekspor lain yang sedang dikerjakan PT INKA (Persero) saat ini antara lain tiga lokomotif dan 15 kereta commuter pesanan Filipina dengan nilai kontrak Rp 363 miliar dan 31 trainset LRT untuk PT KAI (Persero) dengan nilai kontrak sebesar Rp 3,9 triliun.

Proses penandatanganan kontrak tersebut selain dihadiri oleh pejabat lima BUMN juga dihadiri CEO TSG Global HoldingsRubar Sandi, Duta Besar DRC untuk USA Francois Nikuna Balumuene, Penasihat Khusus Presiden DRC bidang Infrastruktur Alexy Kayembe De Bampende, dan CEO PT TSG Utama Indonesia Syaiful Idham.

Proses penandatanganan kontrak dilakukan dengan mengedepankan protokol kesehatan. Yakni pengukuran suhu tubuh sebelum memaski ruangan, cuci tangan, penyediaan cairan pembersih tangan, masker, dan jaga jarak. Selain itu, para wartawan yang meliput juga difasilitasi dengan pemeriksaan rapid test guna mencegah penyebaran Covid-19.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement