REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Perbincangan terkait perubahan nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Sunda kembali mengemuka di sejumlah kalangan. Namun, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil enggan menanggapi secara rinci pemberitaan terkiat perubahan nama provinsi tersebut.
Menurut Ridwan Kamil, secara fundamental pemilihan Jawa Barat sebagai nama provinsi juga bukan dikarenakan daerah ini berada di pulau Jawa bagian paling barat. Sebab, secara letak geografi yang ada di paling barat pulau Jawa adalah Provinsi Banten.
"Jadi kalau ada orang sebut ini Jawa paling barat ya bukan, karena yang paling barat juga Banten," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan, Rabu (14/10).
Emil menegaskan, penamaan provinsi Sunda tidak bisa disamaratakan dengan mayoritas adat sunda di daerah ini. Sebab, di Jawa Barat memiliki banyak budaya, seperti Cirebonan, Betawi dan Sunda Priangan.
Menurutnya, masing-masing dari kebudayaan tersebut punya ciri khas tersendiri, termasuk dalam bahasa. Dengan demikian, adat dan budaya sunda tidak serta merta dipahami seluruh warga Jawa Barat.
"Hanya yang disepakati adalah bahasa Sunda in harus dipahami sekian persen oleh masyasrakat Cirebonan, dan Betawian," katanya.
Sebelumnya, sejumlah tokoh Sunda mengusulkan untuk mengembalikan nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Sunda atau Tatar Sunda. Usulan itu dituangkan di dalam Kongres Sunda yang digelar di Aula Rancage Perpustakaan Ajib Rosidi di Jalan Garut, Kota Bandung, Senin (12/10).
Hadir di dalam sejumlah kongres tersebut sejumlah tokoh Kesundaan seperti Memet H Hamdan, Maman Wangsaatmadja, Iwan Gunawan, Ridho Eisy, Dharmawan Harjakusumah (Acil Bimbo), Andri P Kantaprawira, Ganjar Kurnia (eks Rektor Unpad), Adji Esha Pangestu dan sejumlah tokoh lainnya.
Wakil Ketua MPR RI Fadel Muhammad dan Anggota DPD RI Eni Sumarni juga hadir dalam mendengarkan aspirasi pengembalian nama Sunda untuk menggantikan nama Jawa Barat.
Ketua Perubahan Nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Sunda, Adji Esha Pangestu mengatakan, kata 'Sunda' saat ini hanya dikenal sebagai bagian dari suku yang tinggal di wilayah Barat. Padahal, berdasarkan sejarah Sunda mencakup wilayah geografis yang besar mencakup Pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya.
"Tahun 1926 penjajah memberi nama menjadi West Java atau Jawa Barat, saat itu Sunda diberi nama itu untuk penataan perkebunan. Itu usaha mengadu domba masyarakat yang dulu solid, baik dari etnis Jawa, Cina dan India. Bersinergi kuat dan sulit dikendalikan oleh Belanda," papar Adji.
Sementara itu Ketua SC Kongres Sunda Andri P Kantaprawira mengatakan, sedianya istilah Sunda sendiri telah tergerus dan hanya dianggap sebagai kelompok suku saja.
"Kita sudah kehilangan banyak, Sunda Besar, Sunda Kecil. Kebudayaan kita sudah tergerus, badak Sunda diganti menjadi badak Jawa. Penggantian nama Tatar Sunda, Sunda atau Pasundan ini keseluruhan atau sebutan," papar Andri.
Untuk menindaklanjuti hal ini, Fadel akan mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo. Karena, surat yang dikirimkan badan kongres kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tak mendapatkan respon yang diharapkan.