REPUBLIKA.CO.ID,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS al-Baqarah [2] :155).
Musibah atau ujian yang ditimpakan kepada umat Islam berbeda dengan siksa yang dterima umat-umat nabi terdahulu. Ketua Pusat Kajian Hadis, Dr Luthfi Fathullah MA, menjelaskan bencana, musibah, dan azab, dapat dibedakan dengan beberapa faktor.
“Kalau bencana, faktor alamnya lebih dominan. Sebenarnya itu faktor kesalahan tangan manusia juga yang keliru mengolah alam. Sedangkan azab, itu kaitannya dengan dosa kepada Allah SWT. Seperti peristiwa Nabi Luth itu adalah azab karena ingkar kepada Nabi,” katanya sebagaimana dikutip dari Harian Republika.
Ustadz Luthfi mengatakan, musibah bersifat mutlak dan tidak bisa dihindari. Allah menimpakan musibah kepada manusia, bukan karena dosa, melainkan takdir yang telah ditetapkan. “Misalkan, takdir kita sakit, itu sudah ditetapkan. Sakit itu tergolong musibah. Jadi setiap orang sudah ditentukan sakitnya, sehatnya, bahkan ajalnya. Jadi ketika seseorang telah menjalankan kehidupannya sebagaimana mestinya, kemudian ditimpa sesuatu yang tidak disangka, itulah yang namanya musibah,” kata KH Luthfi menjelaskan.
Untuk mengetahui apakah yang menimpa seseorang merupakan ujian atau azab dari Allah, seseorang yang tertimpa sesuatu yang tidak baik diharuskan bermuhasabah. “Kita evaluasi, 'mungkin ini kesalahan saya, sehingga Allah menurunkan azabnya.' Setelah itu, kita segera melakukan tobat,” katanya menjelaskan.
Menurut Ustaz Luthfi, azab bisa saja menimpa umat Nabi Muhammad SAW. Namun bedanya dengan umat terdahulu, pada umat Nabi Muhammad SAW tidak ada lagi azab yang bersifat global. “Azab bagi umat Nabi Muhammad hanya parsial. Berbeda dengan umat terdahulu. Mereka mendapatkan azab yang dahsyat sehingga habis,” katanya menjelaskan.
Misalkan saja azab yang ditimpakan kepada umat Nabi Nuh AS berupa banjir bah yang memusnahkan seluruhnya. Azab kaum Luth AS yang mematikan seluruh umatnya yang ingkar. Demikian juga kaum 'Ad dan Tsamut. Mereka dimusnahkan Allah SWT tanpa sisa. “Berbeda dengan umat Nabi Muhammad SAW. Itu tidak akan terjadi lagi,” katanya menjelaskan.
Pemimpin Pondok Pesantren Daarut Tauhid KH Abdullah Gymnastiar dalam kajian kitab al-Hikam di Jakarta, Selasa (6/1), mengatakan sesungguhnya setiap musibah sudah tercatat di Lauh Mahfudz. “Setiap musibah sebenarnya tidak ada yang baru. Semua sudah tercatat,” kata ulama yang akrab disapa Aa Gym ini memaparkan.
Aa Gym menjelaskan dalam surat al-Hadid ayat 22, Allah SWT berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
Artinya, setiap musibah itu pasti akan menimpa karena sudah digariskan. Aa Gym mencontohkan musibah pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh di perairan Selat Karimata. “Pesawat jatuh ini sudah ada takdirnya. Yang bakal meninggal di sana, pasti yang sudah ditetapkan. Rahasia kematian itu ada tiga, waktu, tempat, dan cara yang tepat,” katanya menerangkan.
Hikmah kita meyakini bencana, sudah ditetapkan oleh Allah, ujar Aa Gym, bisa ditemukan di ayat selanjutnya. “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.