REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya menyatakan hasil survei yang dilakukan Pemerintah Kota Bogor bersama Tim Riset Social Resilience Lab Nanyang Technological University Singapura, menyimpulkan masih banyak warga Kota Bogor yang belum membiasakan diri mencuci tangan dengan baik dan benar.
"Pandemi Covid-19 saat ini, mengharuskan kita memakai masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak," kata Bima Arya pada peringatan Hari Cuci Tangan se-Dunia yang dipusatkan di Taman Ekspresi, Sempur, Kota Bogor, Kamis (15/10).
Menurut Bima Arya, dari tiga kebiasaan tersebut, yang paling sulit dilakukan oleh warga Kota Bogor adalah menjaga jarak. "Kalau yang paling mudah dilakukan warga adalah pakai masker. Di antara yang salit dan yang mudah adalah cuci tangan menggunakan air sabun," katanya.
Dari hasil survei, ada sekitar 8,1 persen warga yang menyatakan jarang atau kadang-kadang cuci tangan, 59 persen sering cuci tangan, serta 30 persen selalu cuci tangan. "Harapan saya, warga yang selalu cuci tangan ini 80 persen. Jadi PR-nya adalah menjadikan cuci tangan ini kebiasaan," ujarnya.
Bima Arya bertekad terus mendorong warga Kota Bogor memiliki kebiasaan mencuci tangan pakai sabun dan dengan air mengalir, untuk menekan penularan Covid-19 yang trennya masih tinggi, terutama pada klaster keluarga. Menurut dia, keluarga pada klaster keluarga ini terpapar Covid-19 dari aktivitas anggota keluarga yang bekerja di perkantoran atau di luar kota.
"Jadi anggota keluarga yang bekerja, harus dibiasakan ketika pulang dari kantor mencuci dari luar cuci tangan pakai sabun lebih dulu, sebelum masuk ke rumah atau sebelum melakukan aktivitas lainnya," katanya.
Peringatan Hari Cuci Tangan se-Dunia yang dipusatkan di Taman Ekspresi, Sempur, Kota Bogor, diikuti ratusan anak-anak dari seluruh kelurahan di Kota Bogor secara virtual, dan dilakukan gerakan serentak mencuci tangan di wilayah masing-masing.