REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Banyak perubahan terjadi di masa pandemi Covid-19, salah satunya soal urusan masak-memasak. Keluarga kini makin peduli tentang kesehatan dan keamanan suatu produk makanan di tengah keterbatasan mobilitasnya.
Instruktur memasak Devina Hermawan belakangan merasa semakin penting untuk membuat perencanaan belanja bahan masakan. Terlebih, pandemi membuatnya tak leluasa bepergian untuk belanja kebutuhan dapur.
Menurut Devina, pandemi melatih orang pintar membuat perencanaan bahan baku. Masyarakat dituntut untuk menjadi lebih terorganisir.
“Paling penting, harus yang higienis ya, misalnya mau buat opor ayam,” kata dia dalam virtual konferensi pers, Kamis (15/10).
Untuk urusan bahan baku yang memang esential dan tahan lama, misalnya santan kemasan, Devina membeli langsung dalam jumlah banyak. Sebaliknya, untuk bahan segar, ia berbelanja setiap pekan atau dua pekan sekali.
Soal santan, pakar kuliner Indonesia Sisca Soewitomo mengatakan, dahulu cukup sulit menyiapkan bahan masakan tersebut. Orang harus mempunyai buah kelapa, mengupasnya, memarutnya, kemudian memerasnya hingga menghasilkan santan.
Seiring berjalannya waktu, muncul kelapa parut yang siap diperas santannya. Lantas, belakangan, masak dengan santan lebih gampang karena ada santan kemasan.
“Masak apa saja gampang. Santan kemasan sangat membantu, mau masak banyak tinggal beli kemasan besar, masak sedikit tinggal beli yang kecil,” ujar Sisca.
Kondisi itu, menurut Sisca, tentu lebih memanjakan masyarakat dalam urusan dapur. Dia menjamin santan kemasan membuat banyak orang lebih andal urusan masak.
Sisca mengatakan, produk santan kemasan bisa diaplikasikan dengan berbagai menu makanan dan minuman. Paling gampang, misalnya untuk sayur lodeh, soto, dan opor. Untuk camilan, santan juga dipakai dalam membuat kue serabi hingga dadar gulung.
“Gampang, tinggal cari resep yang pas, gunakan santan kemasan,” kata Sisca.