Sabtu 17 Oct 2020 06:00 WIB

Kebahagiaan Saat Memberi

Memberi merupakan sikap mental.

Red: Ani Nursalikah
Kebahagiaan Saat Memberi
Foto: Tracey Nearmy/Reuters
Kebahagiaan Saat Memberi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wakil Ketua PD Muhammadiyah Sumenep Bahrus Surur-Iyunk

JAKARTA -- Dalam Kitab Asbabun Nuzul karya ulama Mesir, Fathi Fauzi Abd Al-Mu’thi, diceritakan. Suatu hari Hasan dan Husain jatuh sakit dan setelah sekian lama keduanya belum sembuh, Rasulullah datang menjenguk dan mendoakannya. Menghadapi suasana seperti itu, Rasulullah menyarankan kepada Ali r.a. dan Fatimah Az-Zahra untuk bernazar. Yaitu, jika keduanya sembuh mereka akan berpuasa selama 3 hari berturut-turut.

Baca Juga

Allah mendengar do’a Rasulullah dan kedua orang tua mereka. Beberapa hari kemudian, atas ijin-Nya kedua puteranya sembuh. Sayyidina Ali dan Fatimah pun mulai menjalankan puasanya.

Saat itu di rumah Ali memiliki 3 sha’ (kantong kecil) gandum. Hari pertama, Fidhdhah, budak Fatimah, menggunakan 1 sha gandum untuk dibuat roti. Saat menunggu adzan Maghrib datanglah seseorang yang mengaku kelaparan mengetuk pintu rumah. Ali segera memberikan roti yang dibuat Fidhdhah kepada orang itu.