REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini menyampaikan, momentum Hari Santri adalah saat yang tepat untuk merefleksikan kondisi terkini dalam konteks berbangsa dan bernegara. Terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19.
"Jika dulu, hari santri lahir atas inspirasi resolusi jihad melawan penjajah, maka dewasa ini jihad santri bisa dimaknai sebagai segala upaya untuk berjuang melawan wabah," kata dia kepada Republika, Ahad (18/10).
Helmy mengatakan, santri bisa menjadi garda depan dalam melakukan upaya-upaya pencegahan untuk memutus penularan virus. Santri bisa menjadi motor penggerak untuk melahirkan kajian-kajian komprehensif dalam konteks sosial kemasyarakatan yang bisa dijadikan pegangan dalam menghadapi situasi pandemi saat ini.
"Produk-produk Bahtsul Masail terkait pelaksanaan ibadah di tengah pandemi dan banyak produk kajian lainnya adalah salah satu bukti sumbangsih besar kaum santri untuk berjihad agar bangsa ini tetap kuat dan terbebas dari wabah Covid-19," ucap dia.
Hari Santri sendiri ditetapkan pada 2015 lalu oleh Presiden Joko Widodo. Hari Santri di antaranya adalah wujud pengakuan dan penghargaan negara kepada kaum santri atas kiprahnya menjaga dan merawat NKRI. Selain itu, penetapan hari santri dimaksudkan sebagai penegasan peneguhan tanggung jawab santri terhadap negara.
Dengan adanya hari santri, kaum santri dikukuhkan untuk memiliki kesadaran yang tinggi akan tanggung jawabnya terhadap eksistensi dan masa depan bangsa negara kita tercinta. Santri awalnya adalah kaum yang memang berkesempatan menimba ilmu di pondok pesantren yang kemudian disebut santri, dan ciri pontren di seluruh Nusantara ini setidaknya dilihat pada tiga aspek. Pertama, di manapun pontren yang ada di Nusantara, maka Islam yang diajarkan pontren adalah Islam yang menebarkan rahmatal lili alamin, Islam yang dikenal dengan Islam moderat (wasathiyah).
Di manapun, pontren selalu mengajarkan paham keagamaan dengan cara mensinergikan dua pendekatan yang oleh beberapa kalangan seringkali diperhadapkan yaitu pendekatan tekstual. Selanjutnya agaimana nalar didudukkan secara proporsional dalam teks yang ada.