REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan pasukan negaranya berhasil merebut dan menguasai sejumlah desa di barat daya Distrik Jabrayil di Nagorno-Karabakh. Pertempuran dengan pasukan Armenia masih terus berlangsung di wilayah tersebut.
"Angkatan bersenjata Azerbaijan telah membebaskan desa-desa Distrik Jabrayil dari pendudukan," kata Aliyev melalui akun Twitter pribadinya pada Senin (19/10) dikutip laman Sputnik.
Militer Republik Nagorno-Karabakh (Artsakh) mengatakan Azerbaijan melanjutkan penembakan artileri di bagian selatan dan utara wilayah tersebut pada Senin pagi. Padahal gencatan senjata sudah diumumkan.
"Situasi relatif tegang di garis kontak Artsakh-Azerbaijan pada malam hari. Pertempuran artileri berlanjut di beberapa daerah. Di pagi hari, meskipun ada kesepakatan tentang gencatan senjata kemanusiaan, pasukan musuh melanjutkan penembakan rudal dan artileri ke arah utara dan selatan," kata militer Artsakh.
Artsakh adalah sebuah republik yang hingga kini belum mendapat pengakuan. Secara de jure, PBB mengakui wilayah Artsakh sebagai bagian dari Azerbaijan. Sementara secara de facto, wilayah itu dihuni dan dikendalikan separatis Armenia.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan negaranya telah menderita banyak korban dalam pertempuran dengan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh. Dia memberi penghormatan besar kepada mereka yang telah tewas.
"Saya tunduk kepada semua korban kami, para martir, keluarga mereka, orang tua mereka dan terutama ibu mereka, dan saya menganggap kehilangan mereka adalah kehilangan saya, kehilangan pribadi saya, kehilangan keluarga saya," kata Pashinyan dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi pada Rabu (14/10), dikutip laman BBC.
Dia meminta segenap rakyatnya mengerti bahwa Armenia sedang menghadapi situasi sulit. "Ini bukan pernyataan putus asa atau kehilangan harapan. Saya memberikan informasi ini karena saya berkomitmen untuk mengatakan yang sebenarnya kepada rakyat kita," katanya.
Pashinyan mengungkapkan meski telah menderita cukup banyak korban dan kehilangan peralatan, pasukan Armena masih dalam kendali umum. Menurut dia, serangan yang dilancarkan para tentaranya juga menyebabkan banyaknya korban pada pihak musuh yakni Azerbaijan.
"Kita harus menang, kita harus hidup, kita harus membangun sejarah kita, dan kita membangun sejarah kita, epik baru kita, pertempuran heroik baru kita," ujarnya.
Sejak 27 September lalu, Armenia dan Azerbaijan terlibat konflik di wilayah Nagorno-Karabakh yang dipersengketakan. Lebih dari 600 orang dilaporkan telah tewas selama pertempuran berlangsung.