REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN -- Armenia telah mengusulkan pembentukan zona demiliterisasi di sepanjang perbatasannya dengan Azerbaijan di sekitar wilayah Nagorno-Karabakh yang dipersengketakan. Kedua negara telah berulang kali terlibat pertempuran dan konfrontasi di wilayah tersebut.
“Saya telah mengajukan inisiatif untuk menciptakan zona demiliterisasi di sekitar Nagorno-Karabakh. Kami juga mengajukan inisiatif untuk mendirikan zona demiliterisasi sepanjang tiga kilometer di sepanjang perbatasan Armenia-Azerbaijan,” kata Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan kepada kabinetnya, Kamis (10/11/2022).
Inisiatif Pashinyan muncul beberapa hari setelah Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengulangi seruan agar militer Armenia mundur dari Karabakh. Belum ada respons resmi dari Armenia terkait permintaan Aliyev.
Pada September lalu, Wakil Menteri Luar Negeri Armenia Paruyr Hovhannisyan mengatakan, ketegangan terbaru antara negaranya dan Azerbaijan dapat meningkat menjadi perang. Menurutnya, negara kekuatan besar harus lebih memperhatikan kegentingan situasi yang kini sedang berlangsung.
“Ada risiko yang jelas,” kata Hovhannisyan saat diwawancara Reuters 14 September lalu tentang apakah ada risiko ketegangan terbaru antara Armenia dan Azerbaijan meningkat menjadi perang besar.
Konfrontasi antara pasukan Armenia dan Azerbaijan pada September lalu menyebabkan lebih dari 280 orang tewas. Jumlah itu merupakan gabungan antara kedua belah pihak. Armenia dan Azerbaijan telah terlibat pertikaian sejak dekade 1990-an.
Pemicu utamanya adalah Nagorno-Karabakh, sebuah wilayah yang terletak di dalam Azerbaijan, tapi berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia. Pada 2020 lalu, kedua negara terlibat pertempuran di wilayah tersebut.
Konfrontasi berlangsung selama enam pekan dan memakan korban lebih dari 6.500 jiwa. Rusia menjadi pihak yang berhasil mendorong kedua negara menyepakati gencatan senjata. Berdasarkan perjanjian, 2.000 tentara penjaga perdamaian Rusia dikerahkan ke wilayah tersebut.
Azerbaijan memperoleh keuntungan teritorial yang signifikan. Hal itu karena Armenia setuju menyerahkan beberapa bagian wilayah di Nagorno-Karabakh ke Azerbaijan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.