Selasa 20 Oct 2020 17:40 WIB

Pefindo: Pandemi Untungkan Bank Besar Secara Likuditas

Bank-bank kecil justru mengalami likuiditas yang ketat.

Likuiditas perbankan. ilustrasi
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Likuiditas perbankan. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Salyadi Saputra menilai pandemi Covid-19 justru menguntungkan bagi bank-bank besar secara likuiditas. Namun secara kualitas aset (asset quality), menurutnya, tidak menguntungkan.

"Kalau kita lihat bank BUKU III, apalagi bank BUKU IV secara likuiditas malah diuntungkan dengan kondisi sekarang. Setiap krisis, bank-bank BUKU IV atau bank-bank yang cukup besar dan cukup kuat itu malah diuntungkan, karena ada shifting dari bank-bank yang BUKU I, BUKU II, mereka akan pindah ke BUKU IV," ujar Salyadi dalam seminar Capital Market Summit & Expo 2020 di Jakarta, Selasa (20/10).

Baca Juga

Di industri perbankan, lanjut Salyadi, dampak pandemi Covid-19 beragam. Jika bank-bank besar secara likuiditas justru longgar, bank-bank kecil justru mengalami likuiditas yang ketat.

Merespons hal tersebut, Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru saja menyepakati penguatan proses dalam pemberian Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek (PLJP) kepada perbankan yang mengalami kesulitan likuiditas.

"Jadi di banking ini mix. Ada bank yang sangat-sangat terpengaruh dan mungkin struggling, ada juga bank, buku IV misalnya, mereka malah diuntungkan secara likuiditas. Bukan secara asset quality ya. Karena asset quality kita tahu sendiri sebetulnya kalau bisnis-bisnis atau kreditur mereka terpengaruh, otomatis asset quality dari bank tersebut terpengaruh," kata Salyadi.

Kendati demikian, lanjut dia, dengan adanya relaksasi dari OJK tentang pencatatan pencadangan untuk kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL), itu cukup membantu bank.

Pefindo sendiri telah mengelompokkan industri berdasarkan dampak yang dirasakan akibat pandemi Covid-19. Beberapa sektor industri diperkirakan masih akan mengalami tekanan seiring pandemi yang belum berakhir.

"Misalkan airport itu kita anggap sebagai very high impacted. Ada yang high impacted salah satunya perusahaan konstruksi. Banking itu kita lihat sebagai yang moderate. Kenapa banking? Karena di banking ini banyak yang segmennya atau sangat tergantung dari buku I, BUKU II, BUKU III, dan BUKU IV," ujar Salyadi.

Sementara itu ada beberapa industri yang dianggap tidak terlalu terpengaruh oleh pandemi atau bahkan cenderung netral seperti sektor kesehatan, obat-obatan, dan telekomunikasi.

"Sektor-sektor tersebut mungkin bisa kita anggap netral walaupun seperti telekomunikasi tetap ada pengaruhnya ya, tapi tidak separah industri-industri yang lainnya. Termasuk juga food and beverages dengan kondisi seperti ini, walaupun WFH konsumsi terhadap makanan tentunya tidak akan berubah," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement