Rabu 21 Oct 2020 09:47 WIB

Pekerja Senior Hadapi PHK Lebih Tinggi Saat Pandemi

Tingkat pengangguran pekerja senior di AS April-September berada di level 9,7 persen.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Untuk pertama kalinya dalam hampir lima dekade, pekerja dengan usia lebih tua menghadapi tingkat pengangguran lebih tinggi dibandingkan rekan karir mereka di usia menengah.
Foto: abc
Untuk pertama kalinya dalam hampir lima dekade, pekerja dengan usia lebih tua menghadapi tingkat pengangguran lebih tinggi dibandingkan rekan karir mereka di usia menengah.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Untuk pertama kalinya dalam hampir lima dekade, pekerja dengan usia lebih tua menghadapi tingkat pengangguran lebih tinggi dibandingkan rekan karir mereka di usia menengah. Data ini disampaikan dalam penelitian universitas New School di New York yang dirilis Selasa (20/10).

Pandemi telah mendatangkan malapetaka terhadap ketenagakerjaan di segala tingkat usia. Tapi, para peneliti menemukan, pekerja berusia 55 tahun ke atas menghadapi tekanan lebih tinggi. Mereka mengalami kehilangan pekerjaan lebih cepat, dipekerjakan lebih lambat dan terus menghadapi kehilangan pekerjaan yang lebih tinggi dibandingkan rekan mereka yang berusia 35 sampai 45 tahun.

Seperti dilansir di AP News, Selasa, ini menjadi pertama kalinya sejak 1973, di mana kesenjangan pengangguran yang begitu parah bertahan selama enam bulan atau lebih.

Tingkat pengangguran pekerja senior dari April hingga September berada di level 9,7 persen, atau 1,1 poin persentase lebih tinggi dari pekerja menengah, 8,6 persen. Tingkat ini dikumpulkan menggunakan rata-rata enam bulan. Tekanan lebih kuat dirasakan pekerja senior berkulit hitam, perempuan atau tidak memiliki gelar sarjana.

Penelitian New School juga memperkirakan, 1,4 juta pekerja di atas 55 tahun kehilangan pekerjaan mereka sejak April dan tetap menganggur. Angka tersebut belum termasuk pekerja yang menjadi pengangguran pada April dan keluar dari angkatan kerja.

Organisasi yang fokus meningkatkan kualitas hidup orang Amerika berusia di atas 50 tahun, American Association of Retired Persons (AARP) mengatakan, studi dari New School meningkatkan kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari pandemi terhadap pekerja yang lebih tua.

AARP mencatat, ketika orang yang berusia di atas 50 tahun kehilangan pekerjaan, biasanya mereka membutuhkan waktu dua kali lebih lama untuk mendapatkan pekerjaan dibandingkan pekerja lebih muda.

Wakil presiden program ketahanan finansial AARP Susan Weinstock mengatakan, pandemi mungkin menjadi sesuatu yang mendorong orang keluar dari angkatan kerja. "Mereka mungkin tidak akan pernah kembali," tuturnya.

Dalam tiap resesi tahun 1970an, pekerja lebih tua secara terus menerus memiliki tingkat pengangguran yang lebih rendah dibandingkan pekerja menengah. Sebagian di antaranya karena keuntungan senioritas.

Tapi, pada resesi sekarang, pekerja lebih tua mengalami tingkat pengangguran lebih tinggi dibandingkan pekerja dengan karir menengah di tiap bulan sejak terjadinya pandemi.

Di antara pekerja senior yang baru menganggur adalah Legasse Gamo (65 tahun). Pada Maret, ia diberhentikan dari pekerjaannya sebagai pengurus bagasi di Bandara Reagan National di pinggiran Washington di Airlington, Virginia.

Gamo telah berupaya mencari pekerjaan pengganti. Tapi, ia merasa tidak punya banyak pilihan selain mengambil pekerjaan apapun yang bisa ditemukan, meskipun sebenarnya ia takut terpapar virus corona dengan bekerja di sekitar orang lain.

Kontraktor tempat Gamo bekerja, Eulen America, telah meminta karyawannya yang di-PHK untuk kembali melamar pekerjaan mereka. Gamo melakukannya, namun belum menerima respon kembali dari perusahaannya.

Imigran dari Ethiopia tersebut menghidupi tiga cucu, usia 6, 12 dan 14 tahun yang tinggal bersamanya. Putrinya masih bekerja, namun bayarannya tidak cukup untuk menutupi pengeluaran mereka.

Gamo mendapat 210 dolar AS per minggu untuk pembayaran asuransi pengangguran. Tapi, jumlah itu tidak cukup dan ia sudah menghabiskan hampir semua tabungannya. "Saya hanya ingin kembali ke pekerjaan saya secepatnya untuk menghidupi keluarga saya. Saya khawatir, kami akan menjadi tunawisma," katanya.

Risiko bagi Pekerja Senior

Studi New School hanya berfokus pada pekerja dengan karier mapan. Akibatnya, studi ini tidak memeriksa pekerja yang berusia di bawah 25 tahun. Dalam studi tersebut, ditemukan bahwa pandemi telah menimbulkan risiko tertentu bagi pekerja berusia lebih tua.

Direktur Pusat Analisis Kebijakan Ekonomi Schwartz di New School, Teresa Ghilarducci, menyebutkan alasan pekerja senior memiliki tingkat pengangguran yang lebih tinggi. "Karena, ini (pandemi) menjadi kesempatan sekali seumur hidup bagi pemberi kerja untuk melepaskan pekerja yang lebih tua. Mereka juga tidak takut terhadap penyelidikan oleh departemen tenaga kerja," katanya.

Ghilarducci menambahkan, aturan diskriminasi usia tidak ditegakkan dengan ketat, pengusaha, yang takut terhadap ketidakstabilan ekonomi, mungkin ingin menyingkirkan pekerja yang relatif lebih mahal dan mengambil kesempatan dengan melatih pekerja baru ketika ekonomi pulih.

Lonjakan pengangguran bagi pekerja yang lebih tua dapat memaksa lebih banyak dari mereka untuk pensiun dini dan tidak sukarela. Hal ini memperburuk kesejahteraan finansial mereka dan memperburuk kesenjangan finansial yang telah dialami oleh perempuan, minoritas dan orang-orang tanpa gelar sarjana dalam hal jaminan pensiun.

 

 

Para peneliti merekomendasikan agar Kongres meningkatkan dan memperpanjang tunjangan pengangguran bagi pekerja yang lebih tua, mencegah penarikan dari rekening pensiun. Kongres bersama pemerintah juga sebaiknya membuat federal Older Workers Bureau untuk mempromosikan kesejahteraan pekerja yang lebih tua.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement