Rabu 21 Oct 2020 23:37 WIB

Penyintas Covid-19: Di Wisma Atlet Jangan di Kamar Terus

Penyintas Covid-19 HIlda Susanti mengaku tetap aktif selama menjalani masa isolasi.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.
Foto: Republika/Yudha Manggala
RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hilda Susanti merasa bersyukur sudah sembuh dari Covid-19. Guru pendidikan anak usia dini (PAUD) sekaligus pengurus PAUD se-Jakarta Barat itu sempat dua pekan dirawat di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Jakarta.

Hilda mengaku, pengalaman isolasi bukanlah hal menakutkan. Sebaliknya, ia mencoba menjadikan masa memulihkan diri dari infeksi SARS-CoV-2 itu tetap menyenangkan.

Baca Juga

"Sampai saya disebut ibu-ibu keluyuran, karena dua pekan di kamar juga bete," kata Hilda dalam webinar Voxpp Shout! Episode 8, disimak di Jakarta, Rabu (21/10).

Saat isolasi, Hilda mengaku tetap bekerja. Dia memberi materi kepada anak muridnya secara virtual. Di waktu senggangnya, ia menyalurkan hobi bernyanyi.

Menurut Hilda, di lantai 21 Tower 5 tempatnya dirawat, ada pula kegiatan permainan menyenangkan dari psikolog. Aktivitas tersebut membantu menghilangkan stres pada pasien maupun tenaga kesehatan.

"Jadi bagus banget di sana, tapi harus inisiatif dari kita. Jangan di kamar terus, kan ada yang maunya di kamar terus," ungkapnya.

Hilda juga menceritakan bahwa fasilitas yang disediakan cukup bagus. Di tower lima, menurut Hilda, fasilitas yang diberikan layaknya di hotel. Ada ruang tamu, dapur, dan satu kamar hanya boleh untuk satu orang.

Kendati ada jadwal makan tiga kali, pasien juga bisa bebas memesan makanan dari luar. Hilda sering memesan makanan secara daring dari aplikasi.

"Fasilitas oke, mandi air hangat, makan tiga kali dan satu kali snack. Tenaga kesehatan, dokter, ahli gizi datang ke kamar-kamar dan diatur kotak makan hijau atau tidak menurut ahli gizi," katanya.

Senada, Inata yang juga penyintas Covid-19 juga menemukan fasilitas yang cukup baik di Tower 4. Perempuan yang akrab disapa Inge itu menyebut, pelayanan kepada pasien sangat diperhatikan, kendati di awal sedikit rumit di tahap admimistrasi. Ternyata, tower 4 termasuk tower yang baru dioperasikan saat itu.

"Tidak dipungut biaya sama sekali, cuma pertama masuk menunggu lama sampai lima jam, padahal data sudah ada dari Puskesmas," kata dia.

Setelah keluar dari isolasi, Inge hanya merasa sedikit lebih capek setelah beraktivitas daripada sebelum ia terinfeksi. Ia kini masih harus berbaring setiap habis beraktivitas.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement