REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) telah menyepakati pembebasan visa sebagai tindak lanjut dari normalisasi diplomatik yang mereka lakukan. Kini warga UEA dapat tinggal di Israel selama 90 hari dalam sekali kunjungan.
Kementerian Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional UEA telah menginformasikan tersebut pada Kamis (22/10). Asisten menteri kebudayaan dan diplomasi publik UEA Omar Saif Ghobash dan direktur jenderal kependudukan dan otoritas imigrasi kementerian dalam negeri Israel Shlomo Mor-Yosef telah menandatangani kesepakatan pembebasan visa pekan ini.
"Berlakunya nota kesepahaman memungkinkan pemegang paspor UEA untuk memasuki Negara Israel tanpa visa," kata Ghobash, dilaporkan laman Saudi Gazette. Menurutnya, kesepakatan itu mencerminkan keinginan kedua negara untuk memperkuat hubungan.
Di sisi lain, hal itu pun dapat membuka peluang kerja sama dan membuka potensi ekonomi dengan tujuan mencapai kesejahteraan masyarakat di kawasan. Ghobash menekankan, pembebasan visa bersama akan memiliki banyak efek positif pada pariwisata, perdagangan, investasi, dan sektor lainnya.
Sebelumnya, Pemerintah UEA telah secara resmi mengajukan permintaan untuk membuka kedutaan besar di Israel. “Saya memiliki kepercayaan penuh atas dukungan tegas Anda untuk membuka misi diplomatik di Tel Aviv dan Abu Dhabi secepat mungkin. Harapan terbaik bagi kedua negara dan kedua negara sahabat untuk menikmati kemajuan dan kemakmuran di masa mendatang," kata Menteri Luar Negeri UEA Abdullah bin Zayed al-Nahyan dalam surat yang ditujukannya untuk Menteri Luar Negeri Israel Gabi Ashkenazi, dikutip laman Times of Israel.
Surat tersebut diberikan delegasi UEA yang melakukan kunjungan resmi perdana ke Israel pada Selasa (20/10). Delegasi tersebut dipimpin Menteri Ekonomi UEA Abdullah bin Touq al-Mari dan Menteri Negara Urusan Keuangan UEA Obaid Humaid al-Tayer.
Ashkenazi menghargai langkah berani yang diambil UEA untuk melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel. "Hubungan antara negara kita merupakan langkah penting dan signifikan untuk mengubah Timur Tengah dari wilayah konflik menjadi wilayah harapan, kemakmuran, stabilitas, dan perdamaian," ujarnya.
Israel dan UEA mengumumkan kesepakatan normalisasi diplomatik pada 13 Agustus lalu. Sekitar sebulan setelah pengumuman itu, Bahrain mengikuti langkah UEA. Normalisasi tersebut dapat tercapai berkat bantuan mediasi Amerika Serikat (AS). Washington mengklaim masih terdapat beberapa negara Arab yang bakal melakukan normalisasi dengan Tel Aviv.