Sabtu 24 Oct 2020 14:41 WIB

Tantangan Praktisi Humas Dalam Pandemi Covid-19

Kampanye museum dialihkan dari offline ke online.

Prodi Humas Kampus BI menggelar webinar tentang digital campaign.
Foto: Dok UBSI
Prodi Humas Kampus BI menggelar webinar tentang digital campaign.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam rangka peningkatan wawasan bagi mahasiswa, Program Studi (Prodi) Hubungan Masyarakat (Public Relations), kampus Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) menggelar webinar bertajuk ‘Digital Campaign’ secara daring melalui Zoom cloud meetings.

Yulianti Fajar Wulandari selaku humas Asosiasi Museum Indonesia (AMI) DKI Jakarta Paramita Jaya memaparkan bahwa di tengah kondisi Covid-19 ini, mau tidak mau menuntut berbagai pihak tidak terkecuali praktisi humas dalam menyajikan ruang informasi bagi publik dalam bentuk media online.

“Membawa ruang offline ke dalam ruang online dalam kegiatan wisata museum bukanlah sesuatu yang mudah. Sebab,  bukan hanya strategi yang perlu dipikirkan dengan matang, tetapi juga inovasi-inovasi yang secara terus-menerus menuntut pembaharuan dalam setiap evennya,” ujarnya, Kamis (22/10).

Yulianti membagikan beberapa poin digital campaign pada kesempatan ini, antara lain tindakan kampanye untuk menciptakan efek tertentu, jumlah khalayak sasaran yang besar, dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir dan memanfaatkan media digital.

“Sebelum mengetahui efek apa yang dapat ditimbulkan dari digital campaign, sebaiknya ketahui dahulu apa perbedaan digital ampaign dan propaganda. Untuk propaganda sumber tidak jelas, waktu tidak dibatasi, sifat gagasan tertutup  dan  dianggap benar, tujuannya untuk mengubah kepercayaan, modus paksaan atau koersi, sifat kepentingan sepihak dan modus tindakan tanpa aturan,” tandasnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

photo
Perlu memahami perbedaan digital campaign dan propaganda.  (Foto: Dok UBSI)

Sedangkan pada digital campaign, sumber jelas, waktu yang dibatasi, sifat gagasan yang terbuka, tujuan yang tegas, spesifik,  variatif, modus sukarela/ persuasif, sifat kepentingan untuk semua pihak, dan modus tindakan memiliki aturan/ etika.

“Campaign sendiri memiliki beberapa strategi persuasif seperti pilih komunikator yang terpercaya, kemas pesan sesuai keyakinan khalayak, munculkan kekuatan diri khalayak, ajak khalayak untuk berpikir, gunakan strategi pelibatan, gunakan strategi pembangunan inkonsistensi dan bangun resistensi khalayak terhadap pesan negatif,” jelasnya.

Kepala Prodi Hubungan Masyarakat, Ita Suryani, mengatakan bahwa kegiatan yang sedianya diperuntukkan bagi mahasiswa semester tiga prodi Humas kampus UBSI ini menjadi salah satu agenda wajib dan rutin untuk diikuti oleh mahasiswa.

“Tidak hanya sebagai prasyarat lulus dalam mata kuliah workshop, kegiatan ini juga dimaksudkan agar membuka wawasan mahasiswa melalui pemaparan dari praktisi humas. Kegiatan ini sekaligus merupakan perpanjangan kesepakatan antara program studi Hubungan Masyarakat (Public Relations)  kampus UBSI dengan AMI DKI Jakarta Paramita Jaya dalam bentuk MoU pada Selasa  (11/8/2020),” ungkapnya.

Salah satu peserta Digital Campaign kampus UBSI, Aninditya, berharap ke depannya, museum yang ada di Indonesia khususnya di Jakarta dapat menyediakan ruang yang Instagramble bagi milenial.  “Sehingga,  menarik untuk dikunjungi, tidak hanya untuk mempelajari sejarah Indonesia namun mampu menjadi tempat yang asyik untuk berlama-lama di museum,” ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement