REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah kepingan lembaran Alquran yang langka dari abad ketujuh saat ini masih utuh dan tersimpan di departemen Seni Islam Christie. Folio Alquran hijazi berusia 1.300 tahun tersebut dipamerkan di London, Inggris, antara 25 dan 27 Oktober 2020, menjelang penjualan Seni Dunia Islam dan India pada 28 Oktober 2020.
Juru katalog di departemen Seni Islam Christie, Frances Keyworth, mengatakan lembaran Alquran tersebut ditulis dalam salah satu bentuk aksara Arab yang paling awal, pada sebuah halaman yang terkandung dalam salah satu Alquran tertua di dunia.
Dilansir di laman Christies, Kamis (15/10), lembaran Alquran itu diyakini ditulis hanya beberapa dekade setelah kelahiran Islam. Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang kemudian dibukukan dalam Alquran antara 610 dan 632 M, tahun wafatnya Nabi SAW. Selama tiga dekade berikutnya, wahyu Rasulullah SAW tersebut disatukan dan kemudian dituliskan.
Pembukuan Alquran ini terjadi dalam dua tahap utama. Pertama, pada masa khalifah Abu Bakar, yang merasa khawatir bagian dari Alquran akan hilang karena mereka yang menghafalnya mulai banyak yang wafat. Abu Bakar lantas menugaskan Zayd ibn Thabit, mantan sekretaris pribadi Nabi SAW, untuk menyusun Alquran.
Selanjutnya, dorongan kedua terjadi di bawah khalifah Utsman bin Affan, yang berupaya mendapatkan terjemahan pasti dari ayat Alquran karena berbagai variasi mulai terdengar di berbagai pusat Islam. Zayd ibn Thabit kembali dipanggil untuk menjalankan tugas tersebut, dan teks (ayat) resmi yang dihasilkan didistribusikan sementara variannya disembunyikan.
Keyworth mengatakan, penggalan kertas dari Alquran tersebut ditulis dalam hijazi, bentuk awal kaligrafi Arab dari abad ketujuh yang terkenal karena guratan vertikal. Para pakar cenderung sepakat antara empat dan tujuh salinan lengkap dari teks resmi ini dibuat pada 650 M. Masing-masing dikirim ke salah satu pusat utama Islam kala itu, dari Makkah dan Damaskus ke Kufah dan Basra, sementara yang lain disimpan di Madinah.
"Sayangnya, tidak ada satupun dari Alquran resmi tersebut yang dikonfirmasi yang utuh (bertahan). Yang terpenting, teks itu tetap tidak berubah, diturunkan melalui salinan seperti yang akan dilelang," kata Keyworth.
Folio besar ini, yang berukuran kira-kira 34x31 cm, adalah salah satu dari segelintir lembaran kertas yang bertahan dari salinan yang dibuat selama beberapa dekade setelah berdirinya Islam. Bahkan menurutnya, bisa saja diciptakan oleh seorang juru tulis yang lahir pada masa hidup Muhammad.
"Lembaran Alquran itu ditulis dalam hijazi, bentuk awal kaligrafi Arab dari abad ketujuh yang terkenal karena guratan vertikal. Itu tetap digunakan sampai abad kedelapan, sebelum secara bertahap digantikan oleh aksara kufi," ujarnya.
Hebatnya, mayoritas teks di folio besar ini masih ada, menampilkan 18 dari 19 baris naskah asli. Lembaran itu menampilkan ayat 82-98 dari Surah 19 Alquran, tentang kasih Allah bagi orang-orang yang bertindak benar. Di sepanjang bagian bawah folio juga terdapat pita kecil iluminasi, yakni pola geometris yang menandai jeda surah.
"Ini tentu menjadi salah satu bentuk iluminasi naskah Arab paling awal yang ada," kata Keyworth.
Keutuhan lembaran Alquran tersebut diperkirakan berasal dari Alquran yang sama dengan folio lain yang ada di Leiden dan Paris yang bertanggal 650-700 Masehi. Selain lembaran alquran abad ketujuh tersebut, sekitar 38 kepingan kertas dari manuskrip Alquran paling awal diketahui ada saat ini.
Mayoritas berada di museum-museum, terutama di British Library di London, the Vatican di Roma dan di Tokapi Palace (Istana Tokapi) di Istanbul. Dua bagian Alqu'ran hijazi secara khusus cocok dengan ukuran, format dan gaya dari halaman ini. Satu di Universitas Leiden di Belanda, yang lainnya di Bibliotheque Nationale de France di Paris.
"Halaman-halaman ini hampir pasti semuanya berasal dari Alquran asli yang sama dan mungkin ditulis dengan tangan yang sama," kata Keyworth.
Beruntung, folio Leiden telah diberi tanggal radiokarbon pada paruh kedua abad ketujuh, yang mengonfirmasikan halaman ini dibuat antara tahun 650-700. "Orang-orang menjadi sangat tertarik ketika kepingan lembaran Alquran ini muncul. Ini sangat penting bagi para cendekiawan dan menjadi sorotan dari setiap koleksi seni Islam," tambahnya.
Folio yang dimaksud dulunya adalah koleksi pribadi Dokter Jean-Michel Thierry de Crussol (1916-2011), otoritas di bidang seni Armenia dan Bizantium, dan mantan dosen di Institut Nasional Bahasa dan Budaya Oriental (Paris III , Sorbonne). Terakhir kali Christie menjual fragmen (lembaran) lain Alquran abad ketujuh pada 2008, yang harganya mencapai 2,5 juta pound dengan perkiraan hanya 100 ribu pound.