Sabtu 31 Oct 2020 02:15 WIB

Bank Australia Mengeluh Karena Terlalu Banyak Tabungan

Otoritas Australia tengah berjuang memicu permintaan kredit.

Rep: Muhyiddin/ Red: Friska Yolandha
Sistem perbankan Australia mengeluh karena terlalu banyak uang daripada yang dapat digunakannya. Ini menjadi sebuah tantangan yang kemungkinan akan tumbuh pekan depan dan bank sentral diperkirakan akan memangkas suku bunga mendekati nol dan meningkatkan jumlah obligasi yang dibelinya.
Foto: EPA-EFE/JAMES ROSS AUSTRALIA AND NEW ZEALAND
Sistem perbankan Australia mengeluh karena terlalu banyak uang daripada yang dapat digunakannya. Ini menjadi sebuah tantangan yang kemungkinan akan tumbuh pekan depan dan bank sentral diperkirakan akan memangkas suku bunga mendekati nol dan meningkatkan jumlah obligasi yang dibelinya.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Sistem perbankan Australia mengeluh karena terlalu banyak uang daripada yang dapat digunakannya. Ini menjadi sebuah tantangan yang kemungkinan akan tumbuh pekan depan dan bank sentral diperkirakan akan memangkas suku bunga mendekati nol dan meningkatkan jumlah obligasi yang dibelinya.

Di saat mencoba keluar dari resesi yang disebabkan Covid-19, otoritas fiskal dan moneter telah memompa miliaran dolar uang tunai ke dalam perekonomian, memangkas suku bunga ke rekor terendah, dan memperkenalkan skema subsidi upah. Sebagai tindak lanjut juga sedang direncanakan untuk memicu permintaan kredit, termasuk membatalkan undang-undang responsible lending

Baca Juga

Pada Selasa (3/11), Reserve Bank of Australia diperkirakan akan memangkas suku bunga tunai menjadi hanya 0,1 persen dan meningkatkan pembelian obligasi. Tetapi bankir Australia tidak membutuhkan semua uang itu.

"Ada semua likuiditas yang mengalir di sekitar dan saya tidak memiliki banyak kegunaan produktif untuk itu, karena orang tidak menginginkannya," kata CEO Australia and New Zealand Banking Group, Shayne Elliott dikutip Reuters, Jum’at (30/10).

Rasio utang terhadap pendapatan Australia berada pada rekor tertinggi mendekati 200 persen dibandingkan dengan tingkat median kurang dari 150 persen untuk 22 negara maju. Hal ini menjadi salah satu alasan peminjam enggan untuk meminjam lebih banyak.

“Uang pada dasarnya gratis hari ini. Menjadikannya lebih gratis tidak benar-benar mengubah apa pun,” kata Elliott, setelah mengumumkan penurunan laba sebesar 40 persen.

“Ini sebenarnya menjadi sedikit masalah karena itu menjadi hambatan bagi kami.”

Data resmi menunjukkan, margin bunga bersih, ukuran utama profitabilitas bank, telah menyusut dari lebih dari 3 persen pada awal 2000-an untuk empat pemberi pinjaman utama, dan sekrang menjadi sedikit di atas 2 persen.

Para bankir mengatakan, terjadinya penurunan suku bunga dan uang ekstra dari RBA kemungkinan tidak akan memacu permintaan kredit. Namun, suku bunga rendah dan program pembelian obligasi bank sentral akan membantu menjaga biaya pelayanan tetap rendah bagi pemerintah. Hutang kotor negara terlihat melebihi 1 triliun dolar Australia untuk tahun fiskal berikutnya.

Pada puncak pandemi, pertumbuhan kredit di Australia menyusut karena pekerja dan bisnis menimbun uang tunai, dan bank menjadi lebih menghindari risiko. Pembayaran kembali untuk hampir satu dari setiap 10 dolar dalam buku pinjaman mereka dibekukan di bawah program penahanan.

Kredit perumahan telah pulih, dengan data terbaru menunjukkan pertumbuhan tahunan 3,3 persen pada September, lebih tinggi dari 3,1 persen pada Januari. Di sisi lain, Reserve Bank of Australia (RBA) berpendapat bahwa ekonomi 2 triliun dolar Australia mungkin telah berkembang pada kuartal September.

Namun prospek keseluruhan masih suram, dengan kegagalan bisnis diperkirakan akan meningkat dan pengangguran kemungkinan besar akan tetap tinggi untuk waktu yang lama.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement