Sabtu 31 Oct 2020 16:51 WIB

Azerbaijan dan Armenia Kembali Buka Dialog

Kedua pihak sepakat tak menargetkan warga sipil.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Pemandangan kendaraan setelah penembakan oleh artileri Azerbaijan dekat rumah sakit, selama konflik militer di kota garis depan Martakert, wilayah separatis Nagorno-Karabakh, Senin, 19 Oktober 2020. Penembakan baru telah dilaporkan dalam pertempuran antara Armenia dan Azerbaijan, melanggar gencatan senjata akhir pekan dalam konflik atas wilayah separatis Nagorno-Karabakh. Pertempuran berkecamuk selama lebih dari tiga minggu.
Foto: AP/STR
Pemandangan kendaraan setelah penembakan oleh artileri Azerbaijan dekat rumah sakit, selama konflik militer di kota garis depan Martakert, wilayah separatis Nagorno-Karabakh, Senin, 19 Oktober 2020. Penembakan baru telah dilaporkan dalam pertempuran antara Armenia dan Azerbaijan, melanggar gencatan senjata akhir pekan dalam konflik atas wilayah separatis Nagorno-Karabakh. Pertempuran berkecamuk selama lebih dari tiga minggu.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - - Para Menteri Luar  Negeri Armenia dan Azerbaijan sepakat untuk menerapkan langkah-langkah mendesak menyelesaikan konflik di Nagorno-Karabakh, Jumat (30/10). Kedua negara menyadari telah ratusan orang telah meninggal dunia dalam lebih dari sebulan pertempuran.

Eduard Nalbandyan mewakili Armenia dan perwakilan Azerbaijan Jeyhun Bayramov bertemu di Jenewa. Mereka setuju untuk tidak dengan sengaja menargetkan penduduk sipil, terlibat dalam pertukaran mayat di medan perang, dan memberikan daftar tahanan perang yang ditahan dalam seminggu untuk pertukaran.

Baca Juga

Pertemuan antara Kedua Menteri Luar Negeri ini didesak oleh Minsk Group yang diketuai olehRusia, Prancis, dan Amerika Serikat. Kelompok yang dibentuk pada 1992 di bawah Konferensi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) untuk mendorong resolusi damai dan dinegosiasikan untuk konflik antara Baku dan Yerevan atas Nagorno-Karabakh.

Armenia dan Azerbaijan telah tiga gencatan senjata dan semuanya gagal menghentikan pertempuran. Namun, menurut Minsk Group, kali ini mereka akan mengkomunikasikan masalah terkait dengan kemungkinan mekanisme verifikasi gencatan senjata.

Kesepakatan gencatan senjata pertama dan kedua dilakukan oleh Rusia dan mengalami kegagalan. Kemudian Amerika Serikat mencoba menengahi konflik, tapi langkah ini pun mengalami kebuntuan.

Baru-baru ini, Iran menyatakan akan membantu untuk melakukan gencatan senjata demi kemanusia. Hal ini pun didorong dengan kondiasi wilayahnya di dekat perbatasan yang beberapa kali terimbas dari serangan kedua belah pihak.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement