REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - - Para Menteri Luar Negeri Armenia dan Azerbaijan sepakat untuk menerapkan langkah-langkah mendesak menyelesaikan konflik di Nagorno-Karabakh, Jumat (30/10). Kedua negara menyadari telah ratusan orang telah meninggal dunia dalam lebih dari sebulan pertempuran.
Eduard Nalbandyan mewakili Armenia dan perwakilan Azerbaijan Jeyhun Bayramov bertemu di Jenewa. Mereka setuju untuk tidak dengan sengaja menargetkan penduduk sipil, terlibat dalam pertukaran mayat di medan perang, dan memberikan daftar tahanan perang yang ditahan dalam seminggu untuk pertukaran.
Pertemuan antara Kedua Menteri Luar Negeri ini didesak oleh Minsk Group yang diketuai olehRusia, Prancis, dan Amerika Serikat. Kelompok yang dibentuk pada 1992 di bawah Konferensi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) untuk mendorong resolusi damai dan dinegosiasikan untuk konflik antara Baku dan Yerevan atas Nagorno-Karabakh.
Armenia dan Azerbaijan telah tiga gencatan senjata dan semuanya gagal menghentikan pertempuran. Namun, menurut Minsk Group, kali ini mereka akan mengkomunikasikan masalah terkait dengan kemungkinan mekanisme verifikasi gencatan senjata.
Kesepakatan gencatan senjata pertama dan kedua dilakukan oleh Rusia dan mengalami kegagalan. Kemudian Amerika Serikat mencoba menengahi konflik, tapi langkah ini pun mengalami kebuntuan.
Baru-baru ini, Iran menyatakan akan membantu untuk melakukan gencatan senjata demi kemanusia. Hal ini pun didorong dengan kondiasi wilayahnya di dekat perbatasan yang beberapa kali terimbas dari serangan kedua belah pihak.