REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Adian Husaini mengatakan, dalam kasus kartun Nabi Muhammad SAW yang kembali diterbitkan oleh majalah Prancis, seharusnya Barat memahami batas-batas toleransi Islam. Pasalnya, pelecehan Nabi Muhammad SAW adalah kejahatan besar dalam Islam.
Dalam Kuliah Ahad Malam yang digelar DDII, Ahad (1/11), Adian mengatakan, dalam kitab ash-Shaarimul Masluul alaa Syaatimir Rasuul dan Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah telah menyebutkan, semua mazhab dalam Islam sepakat bahwa siapa yang menghina Nabi Muhammad SAW, maka ia dikenai pidana hikuman mati.
Adian menjelaskan, sosok Nabi Muhammad SAW menempati tempat paling istimewa dalam hati seorang muslim. Beliau adalah manusia terpenting dan termulia dalam kehidupan.
"Tidak ada manusia di muka bumi ini yang namanya disebut 24 jam tanpa henti, kecuali Nabi Muhammad SAW," ujarnya.
Selain itu, ungkap dia, tidak ada manusia yang cara makan, cara tidur, cara masuk kamar mandi, cara duduk, cara tertawa, dan cara memimpinnya dijadikan contoh, kecuali Nabi Muhammad SAW. “Jadi, sosok Nabi Muhammad SAW senantiasa hadir dalam setiap desah napas dan derap langkah kehidupan Muslim,” ucapnya.
Adian mengatakan, sejak bangun tidur, masuk kamar mandi, bercermin, berpakaian, makan, keluar rumah, naik kendaraan, bekerja, belajar, mengajar, sampai memimpin negara, ada panduan hidup dari Sang Nabi, utusan Allah yang terakhir.
“Inilah kedudukan yang sangat khusus dari Nabi Muhammad SAW dalam diri dan kehidupan kaum muslimin. Barat harusnya paham akan hal ini, sehingga memahami batas-batas toleransi,” kata Adian.
Dalam soal kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, menurut Adian, kaum muslimin tidak lagi mengenal perbedaan mazhab, kelompok, suku bangsa, dan negara. Namun, kata dia, kaum muslimin juga perlu memahami peradaban Barat.
“Sebagai ummatud dakwah yang mengemban amanah risalah ke seluruh umat manusia, kaum muslim perlu memperhatikan kondisi dan situasi yang berkembang, agar dakwah kepada masyarakat Barat berlangsung dengan baik,” ujarnya.
Dia megatakan, kesuksesan dakwah di Nusantara perlu dikaji dengan serius untuk bisa diterapkan di negara-negara Barat. Karena, para dai yang datang ke Nusantara ini mendakwahkan Islam dengan cara-cara penuh hikmah, sehingga sukses mengubah negeri Nusantara menjadi negeri muslim terbesar di dunia.
Di tengah merosotnya peran agama dalam kehidupan pribadi dan masyarakat Barat, saat ini, Islam berpeluang besar memberikan solusi atas problem kejiwaan dan kemasyarakatan yang dialami masyarakat Barat. Karena, menurut Adian, Islam memiliki konsep-konsep unggul yang sudah teruji dalam sejarah.
“Karena itu, kaum muslimin di mana saja, terutama yang hidup di negara-negara Barat, dituntut untuk mewujudkan nilai-nilai Islam dalam pribadi dan kehidupan masyarakat muslim. Di sinilah kaum muslimin dituntut untuk menjadi contoh kehidupan, khususnya dalam masalah akhlak mulia,” ujar Adian.
Dengan kata lain, tambah dia, umat Islam dituntut untuk menjadi contoh dan pemimpin peradaban. “Semoga kita menjadi bagian dari umat Islam yang berjuang untuk mewujudkan amanah mulia dan berat itu, amin,” tandasnya.