Selasa 10 Nov 2020 13:27 WIB

Mualaf di Inggris Kisahkan Pelecehan: Mereka Ludahi Wajahku

Mualaf wanita di Inggris mendapat pelecehan verbal dan fisik.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf wanita di Inggris mendapat pelecehan verbal dan fisik Ilustrasi Mualaf
Foto: Foto : MgRol112
Mualaf wanita di Inggris mendapat pelecehan verbal dan fisik Ilustrasi Mualaf

REPUBLIKA.CO.ID, PLYMOUTH -- Seorang wanita dari Plymouth, Inggris, yang baru-baru ini masuk Islam mengaku menerima pelecehan verbal dan fisik yang membuatnya takut akan keselamatan keluarganya.

Karena angka-angka baru menunjukkan bahwa kejahatan rasial sedang meningkat di Devon dan Cornwall, Emma Evans mengatakan kepada ITV News bahwa dia merasa orang-orang menghakiminya hanya karena penampilan dan keyakinan agamanya.

Baca Juga

Wawancara dengan Emma difilmkan sebelum pembatasan sosial dan penguncian di seluruh Inggris akibat pandemi Covid-19. Emma menjelaskan pertama kali dia dilecehkan, dilansir dari laman ITV, Selasa (10/11).

"Saya berada di sebuah toko dengan dua anak bungsu saya dan seorang wanita sedang melihat saya. Kemudian dia mulai berteriak 'bagaimana kamu bisa berpakaian seperti itu? Kamu harus menjadi seorang teroris'. Semakin aku mencoba untuk menjauh darinya, semakin dia terus mendekatiku dan dia meludahi wajahku. Untungnya, orang yang bersamanya datang dan membawanya pergi," kata Emma.

Tak lama sebelum kejadian mengerikan ini, Emma yang lahir dan besar di Plymouth telah masuk Islam. Itu adalah keputusan yang mengubah hidupnya dan membuatnya merasa lebih bahagia dan lebih damai.

Setiap orang harus bebas mengekspresikan keyakinannya, entah itu memakai kalung salib atau saya dengan hijab.

Tetapi, Emma tidak siap untuk reaksi yang dipicu minoritas orang asing saat menjalani hidupnya. Hanya beberapa pekan kemudian, ketika berada di SPBU bersama keluarganya, dia melihat sekelompok pria menatapnya dengan kasar.

"Kamu sudah terbiasa, kamu tidak memikirkan apa-apa, tapi kemudian tatapan itu menjadi cukup menakutkan. Aku benar-benar menelepon putra tertua saya dan berkata bisakah kamu melacak keberadaan saya? Bisakah kamu melacak ponsel saya? Saya merasa sangat takut," ujar Emma.

"Agama bukan tentang warna, ini bukan tentang dari mana kamu berasal, dan setiap orang harus bebas untuk mengekspresikan keyakinan mereka apakah itu memakai salib atau saya dengan hijab saya," kata Emma.

Sayangnya, pengalaman Emma dianggap jauh dari kasus spesial. Kepolisian Devon dan Cornwall mengatakan, selama setahun terakhir mereka menerima 1.856 laporan kejahatan rasial, naik dari 1.800 dari periode yang sama tahun sebelumnya. 

 "Kami ingin orang-orang memiliki kepercayaan diri dan kepercayaan kepada kami untuk melakukan sesuatu tentang hal itu. Kami akan menanggapi laporan orang-orang dengan sangat serius dan kami akan memberikan dukungan kepada orang-orang itu," kata Ch Supt Jim Gale, dari Kepolisian Devon dan Cornwall.

"Saya pikir sangat penting bahwa orang yang mengalami kejahatan rasial melaporkannya ke polisi. Karena statistik tidak selalu mencerminkan sifat sebenarnya dari rasisme, dan itu adalah sesuatu kami perlu membuat lebih banyak orang melaporkan," kata Julie Paget dari Plymouth dan Devon Racial Equality Council.

 

Sumber: https://www.itv.com/news/westcountry/2020-11-09/plymouth-woman-who-converted-to-islam-targeted-with-vile-abuse

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement