Rabu 11 Nov 2020 03:54 WIB

Pakar tak Gegabah Sambut Klaim Kemanjuran Vaksin Pfizer

Pfizer masih harus membuktikan klaim efektivitas dan keamanan vaksin Covid-19-nya.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
Kantor pusat Pfizer Inc. di New York, Amerika Serikat. Vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech akan diberikan dalam dua dosis suntikan dengan jarak waktu 21 hari.
Foto: EPA/Justin Lane
Kantor pusat Pfizer Inc. di New York, Amerika Serikat. Vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech akan diberikan dalam dua dosis suntikan dengan jarak waktu 21 hari.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Setelah Pfizer dan BioNTech mengumumkan kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkannya memiliki efektivitas 90 persen, kalangan medis tampak tidak gegabah dalam menyambutnya. Pakar dari jaringan rumah sakit besar di New York, Amerika Serikat, contohnya, menyuarakan optimisme sekaligus mengingatkan jaminan keamanan serta kemanjuran vaksin.

"Sehubungan dengan berita Pfizer, kami optimistis bahwa penemuan vaksin sudah dekat, namun tetap mempertimbangkan unsur kehati-hatian. Kami sangat ingin melihat detail lengkap dari uji coba tersebut, tetapi yang jelas berita ini pasti menggembirakan," ujar Dr. Mark Jarrett, kepala petugas kualitas di Northwell Health, yang melayani New York City, Long Island, dan Westchester, dilansir Fox News, Selasa (10/11).

Baca Juga

Menurut Jarrett, sebelum keputusan dibuat, peneliti dan dokter perlu memvalidasi kemanjuran, keamanan, dan kemampuan untuk memproduksi secara massal vaksin dalam jumlah besar dengan tetap menjaga keefektifannya. Sementara itu, sistem kesehatan sedang mempersiapkan pendistribusian, yang melibatkan alokasi freezer dan edukasi dokter.

"Jadi ketika vaksin sudah siap dan disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), kami akan siap untuk mendistribusikan." ujar Jarret.

Pfizer masih menunggu data tentang keamanan, yang diperkirakan akan tersedia pada minggu ketiga November. Sementara itu, Jarrett menyuarakan peningkatan dalam rawat inap akibat virus corona di seluruh sistem kesehatan, yang diperkirakan meningkat menyusul penambahan jumlah pasien Covid-19 baru di seluruh area metro New York.

"Kami masih jauh dari tingkat volume rawat inap di puncak krisis, yaitu lebih dari 3.400, namun survailans masih berlanjut," ujar Jarret.

Komentar Jarrett bertepatan dengan rekor suram lainnya di tengah pandemi ini, yakni AS menduduki puncak 10 juta total kasus virus corona pada hari Senin di tengah lonjakan infeksi. Sekitar satu juta kasus telah dicatat di negara bagian dalam 10 hari terakhir, yang merupakan tingkat infeksi tertinggi sejak dimulainya wabah. Infeksi harian di AS telah mencapai 100 ribu sebanyak lima kali dalam tujuh hari terakhir.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement