Rabu 11 Nov 2020 09:37 WIB

Tajuk Republika: Indonesia Butuh Pahlawan-Pahlawan Baru

Semua bisa menjadi pahlawan.

Sejumlah tenaga kesehatan membawa peti berisi jenazah almarhum dokter Jhon Andi Zainal yang meninggal akibat COVID-19, di halaman RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (24/9/2020).
Foto: Antara/FB Anggoro
Sejumlah tenaga kesehatan membawa peti berisi jenazah almarhum dokter Jhon Andi Zainal yang meninggal akibat COVID-19, di halaman RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (24/9/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, Hari Pahlawan 10 November kali ini diperingati dalam kondisi keprihatinan. Prihatin karena pandemi Covid-19 masih belum bisa sepenuhnya diatasi. Dampaknya begitu sangat terasa, baik dari sisi ekonomi maupun kesehatan.

Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan, Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin mengajak masyarakat Indonesia mengenang jasa para pahlawan. Ia mengatakan, sikap para pahlawan yang memiliki semangat juang tinggi, pantang menyerah, tahan uji, rela berkorban, bersatu, dan cinta Tanah Air, sudah sepatutnya menjadi teladan bagi bangsa. Terlebih, dalam situasi pandemi Covid-19 yang saat ini menjadi tantangan berat bangsa Indonesia.

Hari Pahlawan adalah momen untuk meningkatkan persatuan dan semangat dalam melawan pandemi Covid-19. Ini bisa dilakukan dengan menjaga protokol kesehatan. Memutus rantai penyebaran Covid-19 merupakan salah satu bentuk perjuangan yang mesti dilakukan bersama-sama.

Saat ini untuk menjadi pahlawan tak harus berjuang dengan senjata. Masing-masing kita bisa menjadi pahlawan, berjuang membela bangsa ini. Kita juga menghadapi musuh yang hampir sama dengan masa penjajahan. Musuh saat ini adalah penjajah yang membuat kita tak bebas melakukan aktivitas. Musuh Covid-19 yang memorak-porandakan hampir semua lini ke hidupan kita.

Nilai-nilai kepahlawanan perlu dikedepankan untuk memenangkan perang melawan Covid-19. Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Doni Monardo mengatakan, menjadi pahlawan dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan dan menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan). Tak butuh energi besar. Tak perlu mengeluarkan darah dan air mata seperti para pahlawan yang berjuang meraih dan mempertahankan kemerdekaan.

Namun, ternyata tak sederhana dalam praktiknya. Sebagai bukti, kita masih melihat banyak masyarakat yang tak disiplin menjaga protokol kesehatan. Masyarakat masih banyak yang abai menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Bahkan, ada anggapan badai Covid-19 sudah berlalu. Akibatnya, hingga saat ini Covid-19 belum mampu kita atasi.

Per Selasa kemarin saja, kasus positif Covid-19 bertambah sebanyak 3.779 orang dalam 24 jam terakhir. Tingkat kasus positif atau positivity rate harian pun tercatat naik tipis dari 11,52 persen pada Senin (9/11), menjadi 11,8 persen pada Selasa. Sampai saat ini belum ada tanda-tanda pandemi akan berakhir. Kita tentu tak ingin hidup terus-menerus dengan cara seperti ini. Kita ingin hidup normal seperti sebelum Covid-19 menyerang.

Butuh komitmen bersama yang kuat untuk mengadang penyebaran Covid-19. Bangsa ini membutuhkan pahlawan-pahlawan baru. Dan kitalah pahlawan itu. Sudah saatnya kita membangkitkan jiwa kepahlawanan dalam kondisi berat seperti ini. Kita yakin bangsa Indonesia mampu memenangkan perang melawan Covid-19. Kita akan memenangkannya jika kita mau berkorban menjadi pahlawan kemanusiaan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement