REPUBLIKA.CO.ID, INDIANA -- Warga Palestina-Amerika Fady Qaddoura akan menjadi Muslim pertama yang bertugas di Senat Indiana, Amerika Serikat (AS). Ia mengaku ingin menemukan titik temu untuk menyelesaikan permasalahan di Indiana.
Pada 2005, Fady Qaddoura sedang menyelesaikan gelar masternya di bidang ilmu komputer di Universitas New Orleans di Louisiana ketika Badai Katrina melanda. Badai menghancurkan rumahnya dan membuat dia dan keluarganya kehilangan tempat tinggal dengan seorang anak perempuan berusia tiga minggu.
Seteah kejadian itulah, setelah mendapat bantuan dari relawan, LSM dan instansi pemerintah, ia memutuskan terjun ke dunia layanan publik. "Saya terpesona oleh gagasan membalas kebaikan dan membantu umat manusia. Pada 2005, saya meninggalkan gelar saya dan memutuskan mengabdikan hidup saya untuk pelayanan publik," kata Fady yang menggulingkan pejawat John Ruckelshaus, dilansir di The New Arab, Rabu (11/11).
Fady sekarang adalah anggota parlemen Muslim Arab pertama dalam sejarah Indiana, dan dia saat ini hanya satu dari 11 senator Demokrat. Ini adalah perubahan besar dari jalan hidup yang telah dia jalani sebelumnya, yaitu menyelesaikan gelarnya sehingga dia bisa mengurus keluarganya.
Dia sekarang memiliki dua gelar master dan PhD dalam kebijakan publik. Dalam jangka panjang, ini mungkin bukan perubahan besar, melainkan rencana yang lebih besar untuk mempengaruhi lebih banyak orang. Tiga masalah utama yang dia fokuskan sebagai senator negara bagian adalah kesetaraan pendidikan, perluasan perawatan kesehatan dan membantu usaha kecil pulih dari kerugian mereka selama pandemi.
Dia bekerja dengan agensi yang bertanggung jawab untuk Medicaid. Dia juga membantu perluasan Indiana dari Affordable Care Act, program perawatan kesehatan pemerintah yang diprakarsai oleh mantan presiden Barack Obama.
"Pengalaman di tingkat negara bagian dan kota ini membuat saya menyadari dampak hukum terhadap manusia biasa," katanya.
Dia menunjuk pada tindakan Wakil Presiden Mike Pence saat itu sebagai gubernur negara bagian. Waktu itu pemerintah negara bagian mengeluarkan undang-undang diskriminatif terhadap imigran,yang memengaruhi pengungsi Suriah yang mencoba menetap di Indiana.
Meskipun pengadilan federal pada akhirnya memblokir upaya negara bagian untuk melarang pengungsi, proposal tersebut tetap mengisyaratkan bahwa negara bagian bukanlah tempat yang ramah bagi orang-orang tertentu.
"Dia ingin melarang mereka memasuki Indiana. Dia mengirim pesan yang mengatakan: kami tidak menyambut semua orang di negara bagian ini. Melihat pemerintah mempromosikan undang-undang yang mendiskriminasi orang, saya ingin memastikan setiap suara yang saya berikan akan membantu orang lain," kata Fady yang mengalami sendiri kesulitan tersebut dan membantunya memahami kebutuhan konstituennya.
Tapi pertama-tama, katanya, dia harus mendamaikan dua identitasnya sebagai Muslim dan Amerika. "Masih ada perbedaan budaya, aktivitas sehari-hari, cara orang berinteraksi, perbedaan bahasa. Itu adalah penyesuaian besar untuk mendamaikan identitas saya sebagai seorang Muslim dan sebagai orang Amerika. Pada akhirnya, tidak ada kontradiksi, dan sebenarnya ada keselarasan dengan iman saya," ujarnya.