REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Marinir juga menjadi momentum untuk meremajakan alat utama sistem senjata (alutsista) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL). Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono, mengatakan, modernisasi alutsista menjadi salah satu perhatiannya ketika menjadi orang nomor satu di TNI AL.
Menurut Yudo, salah satu kendaraan yang mendesak untuk diremajakan adalah tank Marinir dan beberapa jenis kapal perang RI (KRI), yang usianya sudah sangat tua.
"Tank amfibi, alut utama, dan KRI kita ajukan ke Kemhan. Modernisasi alutsista dan peralatan merupakan kewenangan Kemhan," kata Yudo usai menghadiri perayaan HUT ke-75 Marinir di Markas Korps Marinir Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (16/11). Hadir pula dalam peringatan HUT tersebut, yaitu Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Yudo berbicara kepada wartawan didampingi Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen (Mar) Suhartono dan Wakil Dankormar Brigjen (Mar) Nur Alamsyah. Menurut Yudo, semua kebutuhan alutsista TNI AL sudah dikaji dan diserahkan kepada Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
Disinggung tentang kabar TNI AL mengincar, dan bahkan tertarik untuk membeli kapal fregat Iver Huitfeldt, Yudo membantahnya. Hingga kini, Markas Besar AL (Mabesal) belum pernah mengajukan pembelian KRI jenis itu kepada Kemenhan.
Dia menjelaskan, setiap spesifikasi alutsista yang diinginkan TNI AL semuanya diserahkan ke Kemenhan untuk diproses atau dibeli. "Belum (diajukan)," kata Yudo singkat.
Kapal buatan Denmark sepanjang 138,7 meter dan lebar 19,8 meter tersebut termasuk jenis korvet kelas berat, yang belum dipunyai TNI AL. Kapal fregat yang dimiliki TNI AL sekarang, yaitu KRI Ahmad Yani yang memiliki panjang 113 meter dan KRI Martadinata dengan panjang 105 meter.
Dalam pidatonya ketika menjadi inspektur upacara, Yudo mengatakan, keberadaan Marinir sangat dicintai dan disukai masyarakat. Untuk itu, ia berpesan agar prajurit Marinir tetap profesional dan humanis dalam menjalankan tugas operasi militer (OMP) dan operasi militer selain perang (OMSP).
Mantan Panglima Kogabwilhan I itu menyinggung, selaras dengan karakter kekuatan TNI AL dalam doktrin Jalesveva Jayamahe, hakikat keberadaan Korps Marinir sebagai pasukan pendarat menuntut kecepatan respon, daya gerak, dan daya gempur yang tinggi dalam melaksanakan tugas-tugas, baik selama masa damai, krisis, dan masa perang.
"Korps Marinir TNI AL selalu hadir untuk NKRI, di saat kedaulatan negara ini terancam, Marinir hadir. Saat situasi tak terkendali, Marinir hadir menengahi. Jadi wajar saja apabila di benak rakyat pimpinan bangsa ini apabila negara ini dalam ancaman, satu jawabannya, kerahkan Marinir!" ucap Yudo.
Kado Gending
Dalam acara itu, Korps Marinir juga menerima kado indah berupa Gending “Gati Marinir” dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X. Gending tersebut diserahkan langsung Sri Sultan kepada Dankormar Mayjen (Mar) Suhartono pada acara syukuran peringatan HUT ke-75 Korps Marinir yang digelar di Graha Marinir, Jalan Prajurit KKO Usman dan Harun, Kwitang, Senim.
Gati Marinir adalah gending yang mempunyai laras pelog dan pathet barang, dengan jenis kendhangan ladrang sabrangan. Kata Marinir mengacu pada keberadaan tentara yang berhubungan dengan samudra/air. Gending tersebut dalam satu ulihan terdiri empat gongan, yaitu dua gongan pada bagian umpak dan dua gongan pada bagian ngelik.
Sebenarnya kalimat lagu dalam gending tersebut hanya ada dua macam setiap satu ulihan. Namun, setiap satu gongan pada bagian umpak dan ngelik diulang sebanyak dua kali. Setelah permainan sampai pada bagian paling akhir, kemudian diulang mulai dari bagian awal lagi. Demikian dimainkan secara berulang-ulang sesuai kebutuhan.
Sri Sultan berkesempatan hadir dalam acara syukuran peringatan HUT ke-75 Kormar usai pelaksanaan upacara militer, dengan inspektur upacara KSAL dan Komandan Upacara Kolonel (Mar) Danuri, yang sehari-hari menjabat Asisten Operasi Pasmar 1 Jakarta.