REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Israel berminat mendatangkan vaksin Covid-19 buatan Rusia yang dikenal dengan nama Sputnik V. Tel Aviv dan Moskow akan segera membicarakan hal tersebut.
"Sekitar satu jam yang lalu saya berbicara dengan Presiden Rusia Vladmir Putin mengenai kemungkinan membeli opsi untuk vaksin Sputnik V. Kami akan membahas ini dalam beberapa hari mendatang," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kepada awak media pada Senin (16/11).
Israel sebenarnya telah menandatangani kontrak dengan perusahaan farmasi Moderna Inc untuk vaksin Covid-19 potensial pada Juni. Pekan lalu, Israel pun membuat kesepakatan dengan Pfizer Inc.
Moderna dan Pfizer telah melaporkan hasil uji coba vaksin yang cukup positif dan efektif. "Tujuan saya adalah membawa sebanyak mungkin vaksin dari banyak sumber ke sebanyak mungkin warga, secepat mungkin," kata Netanyahu.
Tak hanya membuat kesepakatan dengan perusahaan farmasi, Israel turut mengembangkan kandidat vaksin Covid-19 sendiri. Jika berhasil, vaksin tersebut akan siap dipasarkan pada akhir musim panas mendatang.
Israel adalah negara ketiga yang baru-baru ini menyatakan minatnya pada vaksin Rusia, Sputnik V. Akhir pekan lalu, Venezuela mengumumkan rencana untuk mendatangkan 10 juta dosis Sputnik V.
"Kami memastikan bahwa kami menerima lebih dari 10 juta dosis vaksin pada trimester pertama tahun depan. Venezuela juga akan memproduksi vaksin Rusia di wilayahnya," kata Presiden Venezuela Nicolas Maduro dalam pidatonya pada Ahad (15/11) dikutip laman kantor berita Rusia TASS.
Menurut Maduro, masalah pengiriman vaksin dari Rusia telah dibahas saat Plt Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodriguez mengunjungi Moskow pada 12 November lalu. Turki pun berminat untuk memproduksi Sputnik V di fasilitas domestik mereka.
"Kepala Kementerian Kesehatan Turki menyatakan minatnya untuk mengatur produksi vaksin Sputnik V di fasilitas produsen farmasi Turki, setelah studi toksikologi telah dilakukan, sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang setempat," kata Kementerian Kesehatan Rusia dalam sebuah pernyataan pada 11 November lalu.
Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko disebut telah meyakinkan Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca tentang kesiapan untuk mengadakan tes semacam itu. Kementerian Kesehatan Turki masih menolak menguatkan klaim tersebut.
Namun Koca telah mengonfirmasi dia memang telah melakukan pembicaraan via telepon dengan Murashko. “Kami bertukar pandangan tentang masalah di bidang kesehatan tempat kami bekerja sama, yaitu upaya vaksin Covid-19, dan operasi internasional yang kami ikuti,” kata Koca melalui akun Twitter pribadinya pada 10 November lalu.