Selasa 17 Nov 2020 22:34 WIB

Pers Inggris Terbitkan Larangan Hina Agama Termasuk Islam 

Regulator Pers Inggris mengantisipasi kontroversi menargetkan Muslim

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Gara-Gara Jemur Handuk, Pria Iran Ditahan. Tampak bendera Inggris atau Union Jack. (ilustrasi)
Foto: Andi Rain/EPA-EFE
Gara-Gara Jemur Handuk, Pria Iran Ditahan. Tampak bendera Inggris atau Union Jack. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON— Regulator Pers Inggris (IPSO) mengeluarkan pedoman tentang diperbolehkannya segala bentuk publikasi selama tidak melanggar hak individu. 

Pedoman IPSO tentang pentingnya penegakkan kebebasan berbicara ini, diterbitkan menyusul serangkaian cerita kontroversial di media yang sangat ditentang komunitas Muslim.

Baca Juga

Dalam pedomannya, IPSO mendorong jurnalis untuk tidak mempublikasikan informasi yang tidak akurat, menyesatkan dan menyimpang atau mendiskriminasi seseorang. Bicaralah dengan beragam suara dalam komunitas. 

Berhati-hatilah agar stereotip tidak ditampilkan dalam liputan faktual. Berhati-hatilah untuk tidak mempublikasikan gambar yang tidak akurat, menyesatkan, atau terdistorsi dan pertimbangkan apakah fakta bahwa seseorang adalah Muslim relevan dengan artikel tersebut, juga menjadi butir yang ditekankan IPSO dalam pedoman terbarunya.

IPSO menjelaskan mengapa mereka tidak mendukung pengaduan jurnalis Channel 4 News Fatima Manji atas sebuah artikel di The Sun yang mempertanyakan mengapa seorang hijabi menyajikan Channel 4 News pada malam serangan Nice. IPSO mengatakan kolumnis The Sun, Kelvin McKenzie berhak untuk mengungkapkan pandangannya, meskipun banyak orang menganggapnya menyinggung.

Keluhan lain sehubungan dengan sebuah artikel di Metro, yang melaporkan komentar wakil ketua Dewan Rotherham tentang eksploitasi seksual anak di bawah gambar masjid setempat, juga dihentikan karena dianggap tidak relevan. IPSO menyimpulkan gambar tersebut tidak menyiratkan hubungan antara Islam dan eksploitasi seksual anak.

Di sisi lain, IPSO menguatkan keluhan Muslim atas artikel yang jelas-jelas tidak akurat, seperti The Sun mencetak artikel yang mengatakan bahwa hampir satu dari lima Muslim Inggris bersimpati kepada mereka yang pergi berperang untuk ISIS.

Mengomentari pedoman IPSO, editor 5Pillars Roshan Muhammed Salih berkata, “Ada sedikit atau tidak ada pengawasan terhadap pedoman IPSO baru-baru ini tetapi ini adalah kesalahan karena organisasi ini mengatur pers massa Inggris yang dituduh menargetkan Muslim. Dan pedoman yang timpang ini secara efektif memberi pers lampu hijau untuk terus melakukannya."

“IPSO dibiayai surat-surat ini, jadi tidak mengherankan jika mereka melakukan ini. Muslim diserang pers di negara ini dan kami tidak mendapatkan perlindungan dengan alasan menegakkan kebebasan berbicara," ujarnya.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement