Selasa 17 Nov 2020 23:16 WIB

Satgas Covid-19:

Siapapun diharapkan mematuhi protokol kesehatan yang ditentukan oleh pemerintah

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengimbau masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan serta mengurangi aktivitas yang menimbulkan kerumunan.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengimbau masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan serta mengurangi aktivitas yang menimbulkan kerumunan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satgas Penanganan Covid-19 meminta para pelanggar protokol kesehatan ditindak tegas. Pemerintah daerah dan aparat penegak hukum bersama Satgas Penanganan Covid-19 daerah diharapkan dapat tegas menegakkan disiplin tanpa pandang bulu terhadap para pelanggar, sesuai peraturan yang berlaku.

"Keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi. Oleh karena itu, kami meminta siapapun untuk mematuhi protokol kesehatan yang sudah ditentukan oleh pemerintah, sebagai upaya pencegahan sekaligus perlindungan dari penularan Covid-19," tegas Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito, Selasa (17/11).

Wiku mengatakan, upaya penanganan Covid-19 dapat dilakukan dengan baik, apabila koordinasi antara pemerintah, masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan lainnya dijalankan secara efektif. "Langkah penanganan seperti ini sudah berhasil dijalankan Thailand yang sudah diapresiasi Badan Kesehatan Dunia," ungkapnya.

Berbagai hal yang sudah dicapai negara-negara lain, dapat menjadi pelajaran bagi upaya penanganan Covid-19 di Indonesia. Meskipun sejauh ini penanganan di Indonesia selama 8 bulan ini sudah berjalan baik, namun upaya ini dapat terus ditingkatkan.

Berbagai pihak juga dapat turut mengkampanyekan protokol kesehatan 3M yakni memakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan. Dan juga parap pemangku kepentingan dapat memasifkan upaya 3T, yaitu testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan) dan treatment (perawatan).

Adapun, perkembangan kasus Covid-19 nasional terjadi peningkatan kasus positif sebesar 17,8 persen. Peningkatan ini cukup signifikan dibandingkan biasanya, biasanya terjadi kenaikan hanya dikisaran 5 sampai 8 persen saja selama ini.

"Ini adalah perkembangan ke arah yang kurang baik, karena kasus positif terus mengalami peningkatan," ujarnya.

Pekan ini, pada 5 besar provinsi, kenaikan kasus tertinggi mencapai 2.377 kasus baru dari Jawa Tengah. Dibandingkan pekan lalu, kenaikan kasus tertinggi berada di Jawa Tengah dengan 919 kasus baru. Dari 5 besar provinsi pekan lalu, apresiasi diberikan pada Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat yang pekan ini tidak lagi masuk 5 besar.

Selain Jawa Tengah, provinsi dengan kenaikan kasus tertinggi pekan ini diantaranya Jawa Barat naik 875 kasus, DKI Jakarta naik 778 kasus, Banten naik 262 kasus dan Lampung naik 204 kasus. Ketiga provinsi teratas diminta segera berbenah.

"Pekan ini, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DKI Jakarta masih menjadi masih berada di posisi 3 teratas. Ini adalah hal penting yang harus kita selesaikan. Karena Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI dan Banten adalah provinsi dengan kota-kota besar padat penduduk dan kegiatan sosial ekonominya sudah berjalan," ujarnya.

Wiku juga menegaskan kepada pemerintah daerah agar menekan angka pertambahan kasus positif. Para pelanggar diminta untuk ditindak tegas pada masyarakat yang berkerumun, dan tidak melaksanakan protokol kesehatan yang ketat. "Jangan sampai apa yang kita alami pekan lalu terulang lagi di pekan ini," tegas Wiku.

Pada penanganan kasus kematian pekan ini patut diapresiasi karena terjadi penurunan sebesar 8,9 persen dibandingkan pekan sebelumnya. Meski demikian, pekan ini masih ada 5 besar provinsi yang masih perlu menekan angka kematiannya, diantaranya Jawa Tengah naik 38, Kalimantan Timur naik 13, Jambi naik 6, Kepulauan Riau naik 4 dan Kepulauan Bangka Belitung naik 3.  

Sementara itu, persentase meninggal tertinggi berada di Jawa Timur 7,15 persen, Sumatera Selatan 5,37 persen, Nusa Tenggara Barat 5,20 peesen, Bengkulu 4,49 persen dan Jawa Tengah 4,36 persen. Pada angka kesembuhan nasional pekan ini  perkembangannya terjadi perlambatan sebesar 9,3 persen.

"Hampir 10 persen. Bahkan lebih besar dari pekan sebelumnya. Ini adalah kondisi yang menprihatinkan. Seharusnya jumlah kesembuhan harus dijaga agar kesembuhan bertambah," imbuh Wiku.

Pada pekan ini, Wiku menyebut ada 5 provinsi dengan penurunan kesembuhan tertinggi. Diantaranya Sumatera Barat turun 1.377, Aceh turun 810, Riau turun 660, Banten turun 521 dan Jawa Tengah turun 342. Untuk daerah dengan persentase kesembuhan terendah pekan ini berada di Papua 51,36 persen, Lampung 51,97 persen, Jambi 68,23 persen, Sulawesi Tengah 70,8 persen dan Sulawesi Barat 72,62 peesen.

"Sekali lagi saya berpesan pada seluruh provinsi, betul-betul dapat meningkatkan kualitas penanganan Covid-19, jadikan momen ini sebagai kesempatan mendongkrak angka kesembuhan dan menekan angka kematian," tambah Wiku.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement