REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) kembali menggelar konferensi tahunan tentang Kebijakan Luar Negeri Indonesia (CIFP), pada Jumat (20/11). Namun, keterbatasan pertemuan fisik akibat pandemi membuat CIFP kali ini diubah menjadi "Global Town Hall: around the world, around the clock".
Global Town Hall 2020 ini akan mengangkat tema besar "Rebuilding from the Covid-19 World". Tujuan dari diselenggarakannya Global Town Hall 2020 adalah untuk membahas keadaan dunia yang dilanda krisis COVID-19, mengevaluasinya, membicarakan tantangan kebijakan dan pelajaran apa saja yang didapat. Lebih lanjut, perhelatan ini juga untuk mengumpulkan ide-ide untuk masa yang akan datang, terutama dalam hal bagaimana membangun kembali dunia dalam aspek ekonomi, sosial, lingkungan, diplomatik dan bahkan geopolitik.
"Global Town Hall 2020 juga diharapkan mampu menjadi suatu festival diplomasi," demikian pernyataan tertulis FCPI yang diterima Republika, Rabu (18/11).
Menurut rencana, acara akan dibuka Jumat pagi oleh Presiden Indonesia Joko Widodo. Pembicara lain di antaranya Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno LP Marsudi, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Menlu Rusia Sergey Lavrov, Menlu Cina Wang Yi, mantan presiden Timor Lester José Ramos-Horta, pendiri dan pemimpin FCPI Dr Dinno Patti Djalal, politisi wanita Malaysia Nurul Izzah Anwar, mantan menlu Australia Stephen Smith, mantan perdana menteri Australia Kevin Rudd, mantan menlu Indonesia Marty Natalegawa, dan lain-lain.
Konferensi ini melibatkan sekitar 18 lembaga think tank dari berbagai negara. Mereka berasal dari Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Singapura, Cina, Australia, India, Prancis, Rusia, Meksiko, dan Selandia Baru.
Perhelatan ini sudah digelar rutin oleh FCPI sejak 2015, setiap November. Tahun lalu, ajang ini menjadi konferensi luar negeri terbesar di dunia karena diikuti sekitar 11.000 orang. Pada Rabu, sudah ada lebih dari 7.500 orang peserta dari 65 negara yang mendaftar.