REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pandemi Covid-19 dapat menjadi momentum perekat gotong-royong agar bangsa Indonesia mempunyai daya tahan lebih baik dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan. Pandemi juga menjadi momentum untuk akselerator reformasi.
"Pandemi harus menjadi perekat gotong-royong, menjadi akselerator reformasi dan membuat kita fokus pada fundamental human capital seperti kesehatan dan pendidikan," kata Sri Mulyani saat memberikan kuliah umum secara virtual di FEB UI, Jakarta, Rabu.
Sri Mulyani mengatakan, pandemi ini juga dapat memberikan peluang untuk menyempurnakan program kesehatan maupun bantuan sosial serta mendorong adanya inovasi produksi yang sejalan dengan proses kemudahan berusaha. Menurut dia, Indonesia harus memanfaatkan momentum itu mengingat tidak banyak negara-negara di dunia yang mampu mengatasi krisis akibat ketidakkompakan para pemangku kepentingan dalam mencari solusi.
"Banyak negara yang krisis, tapi dia justru tenggelam, karena terus menerus saling menyalahkan, memperlemah dan saling sabotase, sehingga formulasi kebijakan tidak terjadi dan mereka tidak mampu keluar dari krisis," katanya.
Saat ini, ia menambahkan, Indonesia sudah berupaya untuk mengatasi pandemi Covid-19 dengan menjadikan APBN sebagai instrumen utama untuk mendukung pemulihan serta menjaga reformasi kedepan.
Meski demikian, ia memastikan, Indonesia juga terus melakukan pembangunan infrastruktur, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mendorong pemanfaatan teknologi serta merencanakan kewilayahan yang lebih optimal. "Kita harus bisa mengatasi krisis. Kalau bisa mengatasinya dan fokus dalam kerja sama serta saling mendukung, maka Indonesia bisa keluar sebagai pemenang dan dapat menjadi lebih baik," kata Sri Mulyani.
Sebelumnya, pemerintah telah mengalokasikan dana untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp695,2 triliun, dengan realisasi penyerapan telah mencapai 55,5 persen hingga pekan kedua November 2020.
Penyaluran dana ini telah memberikan dampak kepada perekonomian sehingga pertumbuhan triwulan III-2020 tercatat minus 3,49 persen atau lebih baik dari triwulan II-2020 yang terkontraksi 5,32 persen.
Pemerintah mengharapkan membaiknya pertumbuhan ekonomi karena pemberian stimulus fiskal yang efektif dalam mendorong konsumsi dapat menjadi titik balik menuju pemulihan lebih kuat