Kamis 19 Nov 2020 20:28 WIB

Epidemiolog: Pandemi Belum Berakhir, Tunda Libur Akhir Tahun

Pemerintah disarankan tunda libur panjang, agar kurva landai

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Hiru Muhammad
Anggota kepolisian mengatur arus lalu lintas menuju kawasan wisata Lembang di Jalan Setiabudi, Bandung, Jawa Barat, Kamis (29/10/2020). Pada cuti bersama serta libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW hari kedua, jalur wisata menuju Lembang dipadati kendaraan wisatawan, dan kepolisian memberlakukan pengalihan arus untuk mengurai kemacetan.
Foto: RAISAN AL FARISI/ANTARA
Anggota kepolisian mengatur arus lalu lintas menuju kawasan wisata Lembang di Jalan Setiabudi, Bandung, Jawa Barat, Kamis (29/10/2020). Pada cuti bersama serta libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW hari kedua, jalur wisata menuju Lembang dipadati kendaraan wisatawan, dan kepolisian memberlakukan pengalihan arus untuk mengurai kemacetan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengatakan libur panjang akhir tahun 2020 harus ditunda  pemerintah karena saat ini situasi pandemi Covid-19 belum terkendali dan berakhir di Indonesia. Ia khawatir kalau libur tersebut tidak ditunda akan banyak angka yang terkena Covid-19 dan kematian meningkat.

"Di bulan Desember itu tidak hanya masalah libur panjang tapi ada juga Pilkada. Nah, ini bagaimana, saya hanya bisa narik napas panjang. Saya tidak bisa bayangin dengan fasilitas kesehatan (faskes) dan kematian yang semakin bertambah. Saya sarankan untuk tunda libur bersama dan diganti pada tahun depan," katanya Kamis (19/11).

Kemudian, ia melanjutkan adanya aksi keramaian massa yang terjadi beberapa hari ini banyak masyarakat yang membawa virus. Sehingga beban kesehatan dan angka kematian akan semakin tinggi.

Lalu, secara pemodelan epidemiologi kasus di Indonesia 10 ribuan per hari. Namun, yang ditemukan dan dilaporkan hanya lima ribuan kasus itu setengah dari estimasi terendah.  "Sampai sekarang kami kekurangan tracing dan testing. Hanya angka reproduksi Jakarta yang bagus yang daerah lainnya bisa tiga," kata dia.

Ia menyarankan pemerintah bisa menunda libur panjang tersebut. Kalau tidak akan sama saja, kurva tidak akan landai. Negara yang buruk itu negara yang tidak berhasil mengantisipasi keramaian massa. "Saya tetap berupaya supaya hal tersebut ditunda. Vaksin sudah ditemukan kabar baik. Tapi itu kan juga masih lama. Harusnya kami antisipasi dulu. Mencegah lebih baik kan daripada mengobati," kata dia.

Sebelumnya diketahui, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, untuk sampai saat ini belum ada perubahan terkait penundaan libur panjang akhir 2020. Dia hanya menunggu keputusan dari Presiden terkait hal tersebut.

"Untuk sampai saat ini masih tetap sama ya seperti libur hari Natal jatuh pada 24 sampai 25 Desember 2020, libur pengganti Cuti Bersama Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriyah pada 28 Desember sampai 31 Desember, libur bersama Tahun Baru 30 sampai 31 Desember. Tidak ada perubahan kecuali kalau nanti ada arahan dari Presiden," katanya. 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement