Jumat 20 Nov 2020 19:16 WIB

Implementasi AI Memacu Transformasi Digital

AI sebagai instrumen teknologi yang menyokong transformasi digital.

Webinar IICD yange menekankan Transformasi Digital sudah menjadi kebutuhan atau dengan kata lain tidak menjadi pilighan lagi dalam menjaga kelangsungan bisnis. Pengembangan IT Governance  menjadi motor penggerak penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan.
Foto: istimewa/tangkapan layar
Webinar IICD yange menekankan Transformasi Digital sudah menjadi kebutuhan atau dengan kata lain tidak menjadi pilighan lagi dalam menjaga kelangsungan bisnis. Pengembangan IT Governance menjadi motor penggerak penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Agar operasional bisnis dan pelayanan publik lebih lincah, memicu budaya inovatif, dan memperkokoh implementasi tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG), perusahaan dan lembaga publik perlu mengadopsi kecerdasan buatan (Artificial Inteligence)  atau AI, sebagai instrumen teknologi yang menyokong transformasi digital.

Demikian rangkuman pandangan pembicara  seminar virtual (webinar) bertajuk 'The Age of Digital Transformation: Enabling Organizations with Artificial Intelligence During Market Transition' yang digelar Indonesian Institute of Corporate Directorship (IICD), SparkCognition, dan PT Geoservices di Jakarta pada Kamis, 19 November 2020.

Direktur Eksekutif IICD & IIPG, Vita Diani Satiadhi, mengemukakan saat ini adalah era disrupsi digital atau Revolusi Industri 4.0. Dengan begitu ransformasi digital sudah menjadi kebutuhan dalam menjaga kelangsungan bisnis. “IT Governance sudah menjadi motor penggerak penerapan prinsip GCG di perusahaan,” kata Vita di Jakarta, Jum’at (20/11).

Vita menambahkan IICD sebagai organisasi nirlaba, yang didirikan tahun 2000, memiliki visi melakukan internalisasi praktik-praktik tata kelola perusahaan terbaik (GCG), berdasarkan standar internasional.  Tema transformasi digital pada webinar kali ini sejalan dengan visi IICD tersebut dalam menggerakkan implementasi GCG secara kompetitif, efektif dan efisien.

Pembicara Prof. Eko Indrajit menyatakan AI adalah suatu sistem yang terdiri dari gabungan beberapa komponen seperti Machine Learning (ML), yaitu kemampuan sistem unutk menggunakan algoritma dan model statistik untuk melakukan tugas tanpa suatu instruksi tertentu berdasarkan pola,

Training Data, yaitu data yang digunakan melatih kemampuan ML dalam menerapkan algoritma dalam pelaksanaan tugas dan komponen keterlibatan manusia dalam melatih algoritma suatu ML. AI mempunyai tujuan untuk memberdayakan manusia menuju ke tingkatan yang lebih baik. Dalam kegunaannya untuk korporasi, AI mendefinisikan data-data yang tidak terstruktur untuk bisa digunakan dalam memahami dinamika bisnis melalui real-time data. Sehingga berbagai macam manfaat dapat digunakan sesuai dengan konteksnya.

Kehadiran AI sudah ada saat ini. Hal ini ditunjukkan dengan adanya program Visi Besar Indonesia tahun 2045, yang melibatkan penerapan strategi nasional berbasis AI untuk berbagai macam sektor. Mulai dari kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan dan penelitian, ketahanan pangan dan mobility/smart city.

"Terjadinya situasi pandemi, seperti wabah Covid-19 ini telah mempercepat penggunakaan aplikasi digital, contoh e-learning,” kata dia.

Pengamat IT lulusan Harvard University ini mengimbau pemimpin perusahaan dan lembaga pelayanan publik untuk mengimplementasikan AI, dan segera menerapkan transformasi era digital. Hal ini untuk meningkatkan kualitas bisnis dan pelayanan serta meningkatkan produktifitas dan efisiensi biaya.

“Implementasi AI adalah transformasi digital yang mengubah proses bisnis di perusahaan. Sedang transformasi digital di pelayanan publik akan menyokong visi pemerintah menjadi negara maju Indonesia 2045,” ungkap Prof. Eko.

CEO SparkCognition Amir Husain, mengungkapkan pembelajaran praktis penerapan AI, selama bertahun-tahun di beberapa perusahaan terbesar di dunia adalah menggunakan AI secara strategis, mengatur perusahaan untuk menggunakan AI, cara mengatasi hambatan internal, dan cara praktis untuk menyampaikan keunggulan AI. “Memahami AI ini bukan sebagai suatu produk atau algoritma semata, tetapi sebagai ilmu pengetahuan yang merupakan suatu area pembelajaran yang menghasilkan suatu peningkatan atau kemajuan,” tutur Amir.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan AI adalah merasakan, memutuskan dan mengambil tindakan dari suatu sistem automasi. Amir menyebutkan ada berbagai macam model automasi siklus perusahaan. Contohnya sistem evaluasi perekrutan karyawan, identifikasi pelanggan potensial untuk peningkatan pemasaran, pembuatan automasi sistem rute perjalanan udara.

Pemodelan suatu AI dapat melakukan suatu pemetaan pada alur sistem kerja untuk mengetahui model yang paling sesuai dan memberikan dampak pemasukan terbesar. Proses business modern yang berlandaskan data dapat memberikan pertumbuhan secara eksponensial.

“Proses business modern yang berlandaskan data yang baik adalah model dengan penggunaan biaya terendah, penyebaran dalam jumlah terbesar dan model yang paling banyak diterapkan,” tutur Amir.

Mantan CEO IBM Indonesia, Betty Alisjahbana,  menyatakan AI dapat berperan dalam memberikan dorongan pemasukan, penurunan biaya dan pengaturan risiko  “Pada ekosistem digital, transformasi ini paling dirasakan pada online platforms untuk e-commerce untuk pembelian barang dan servis,” kata Betty. Mengenai hal ini, lanjut dia, perusahaan perlu untuk memikirkan ulang mengenai penggunaan AI untuk memanfaatkan keberadaan data secara maksimal dari sumber-sumber baru.

Pendekatan menyeluruh perlu dilakukan terhadap keterikatan, kapabilitas AI dan pengambilan keputusan yang didukung, data driven business dan infrastruktur teknologi. Penataan ulang dan investasi keterampilan perlu dilakukan untuk penggunaan AI, seperti pengembangan ketrampilan melalui proyek, pendekatan terstruktur untuk menumbuhkan dasar keterampilan dan mengadopsi pendekatan pengembangan yang gesit untuk bisa menerapkan timbal balik yang cepat dan penyampaian awal suatu nilai pada pelanggan internal.

Lord John Browne dalam bincang virtual dengan Amir Husain di webinar ini meyakini pemanfaatan keragaman teknologi untuk mendorong kemajuan bisnis ini belum maksimal diimplementasikan. Dampak pandemi yang terjadi pada dunia bisnis salah satunya ada pada rantai pasokan.

Krisis yang muncul, menurutnya, menyebabkan banyak perusahaan mempercepat sistem kerja. Seperti mendefinisikan ulang efisiensi dan memikirkan ulang suatu konklusi. 

Panelis penanggap video wawancara Lord John Browne, yaitu Philippe Herve (VP of SparkCognition Inc. Oil & Gas Energy Sector), menyatakan bahwa AI yang diterapkan dalam fasilitas-fasilitas industri minyak dan gas bumi tidak hanya sebagai solusi, tetapi juga merupakan sistem peringatan dini, untuk menjaga suatu operasi dan sisi keamanannya. “Penerapan AI terbaik adalah dengan menerapkannya sejak sekarang, tidak perlu menunggu adanya suatu kejadian pada sistem yang sudah ada,” ujar Herve.

Penanggap lainnya, Hiroshi Kinoshita, Head of Asia Pacific SparkCognition Inc. menyatakan bahwa penerapan AI tidak hanya dapat dilakukan sektor power generation, seperti pemeliharaan prediktif dan kemanan sistem cyber yang secara umum dilakukan oleh SparkCognition Inc. tetapi juga pada area lain untuk meningkatkan pemasukan dan efisiensi biaya. Solusi AI dapat diterapkan secara luas.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement