REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, medorong upaya pemulihan pasca-pandemi Covid-19 yang inklusif dan berkelanjutan dengan meningkatkan aksi iklim, menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) para pemimpin negara-negara G20.
“Akhir pekan ini para pemimpin negara-negara anggota G20 akan bertemu kala pandemi Covid-19 terus merusak dunia kita. Saya akan turut berpartisipasi dan pesan utama saya sederhana: kita membutuhkan solidaritas dan kerja sama dan kita memerlukan aksi konkret sekarang, terutama untuk pihak yang paling rentan,” kata Guterres dalam konferensi pers yang disiarkan melalui laman resmi KTT G20 Riyadh.
Menurut dia, upaya pemulihan yang inklusif dan berkelanjutan sangat penting guna memastikan keselamatan kehidupan dan menemukan jalan keluar dari krisis ekonomi dan kemanusiaan global, terutama bagi negara-negara berkembang yang “berada di jurang kehancuran finansial dan peningkatan kemiskinan, kelaparan dan penderitaan yang menyeluruh”.
Terkait penanganan pandemi Covid-19, Guterres mengatakan bahwa dobrakan-dobrakan dalam pengembangan vaksin telah membawa secercah harapan. Namun, harapan tersebut harus dapat menggapai semua pihak, yang berarti memastikan vaksin diperlakukan sebagai barang publik global yang dapat diakses dan terjangkau oleh semua orang di manapun.
Oleh karena itu, dia mendesak negara-negara anggota G20 untuk memberikan dukungan penuh terhadap Access to Covid-19 Tools (ACT) Accelerator yang diyakini dapat membantu negara-negara rentan dan berkembang untuk mendapatkan akses terhadap vaksin dengan terjangkau. Dalam tujuh bulan terakhir, berbagai negara telah berinvestasi dengan total 10 miliar dolar AS untuk mengembangkan vaksin, diagnosis, dan kebutuhan penyembuhan, namun masih diperlukan dana sebesar 28 miliar dolar AS, termasuk 4,2 miliar dolar AS sebelum akhir tahun ini.
“Pembiayaan ini sangat penting untuk produksi massal dan distribusi alat-alat dan vaksin Covid-19 ke seluruh belahan dunia,” ujarnya.
Selain itu, Guterres juga mendorong negara-negara G20 untuk memastikan bahwa upaya pemulihan berjalan paralel dengan agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan serta Kesepakatan Paris tentang Perubahan Iklim. Dia pun menyoroti adanya tanda-tanda yang mengkhawatirkan karena pada September, paket-paket bantuan negara-negara G20 telah berkomitmen 50 persen lebih banyak dalam pendanaan untuk mendukung bahan bakar fosil daripada energi rendah karbon.
Meski demikian, Guterres juga menyebut adanya harapan dalam segi iklim. Koalisi global untuk emisi nol bersih pada tahun 2050 yang mulai terbentuk dan berkembang. Dengan negara-negara yang mewakili lebih dari 65 persen emisi karbon dioksida global dan lebih dari 70 persen ekonomi dunia diperkirakan akan membuat komitmen yang ambisius untuk netralitas karbon pada awal tahun depan.
“Kita menghadapi ujian kebijakan yang berat, namun pada akhirnya, ada pula ujian moral. Dana sebesar triliunan dolar yang dibutuhkan untuk pemulihan Covid-19 adalah uang yang dipinjam dari generasi masa depan. Kita tidak dapat menggunakannya untuk mengunci kebijakan yang membebani mereka dengan hutang yang menggunung di planet yang rusak dan berbahaya,” ujarnya.
“Kita memiliki kesempatan tak hanya untuk mengembalikan dunia seperti semula, namun untuk mengubahnya,” kata Guterres.