Ahad 22 Nov 2020 10:41 WIB

Sendratari Lembanung Kuruksetra Pintu Pemulihan Pariwisata

Pertunjukan seni ini sangat strategis bagi pemulihan Bali di masa pandemi Covid-19. 

Gubernur Bali I Wayan Koster, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Sekretaris Daerah Bali Dewa Made Indra, Tenaga Ahli Bidang Pemasaran dan Kerjasama Kementerian Republik Indonesia I Gede Pitana (kiri ke kanan).
Foto: Dok. NPF
Gubernur Bali I Wayan Koster, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Sekretaris Daerah Bali Dewa Made Indra, Tenaga Ahli Bidang Pemasaran dan Kerjasama Kementerian Republik Indonesia I Gede Pitana (kiri ke kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati berharap, pertunjukan sendratari berjudul 'Mahabharata Lembayung Kuruksetra' dapat menjadi pintu pemulihan pariwisata setempat di tengah pandemi Covid-19.

"Pertunjukan seni seperti ini perannya sangat strategis bagi pemulihan Bali di masa pandemi ini. Semoga menjadi pertunjukan spektakuler yang membuka era baru pariwisata Bali," katanya saat menyampaikan sambutan dalam pementasan sendratari tersebut di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya, Denpasar, Sabtu (21/11) malam.

Pertunjukan sendratari yang juga dapat disaksikan secara virtual melalui online streaming dari India, Indonesia dan berbagai belahan dunia lainnya itu terselenggara atas kerja sama Institut Seni Indonesia Denpasar, Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Mumbai, India, dan Pemerintah Provinsi Bali.

Di Bali, Wagub menambahkan, kisah perseteruan Pandawa dan Kurawa yang terdapat dalam epos Mahabharata juga masih lestari lewat nyanyian atau lantunan kekawindi desa-desa adat dan menjadi bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan upacara adat di Bali.

photo
Ilustrasi kitab Bhagawadgita. Persiapan perang besar di Kurusetra antara Kurawa dan Pandawa. - (Abdul Hadi WM)

"Pemprov Bali sangat mendukung adanya program-program yang mengangkat kisah epik tersebut, terlebih bisa jadi jembatan untuk semakin memperkuat hubungan dua negara," ucap pria yang akrab dipanggil Cok Ace itu.

Sementara itu, Konjen RI Mumbai Agus P Saptono dalam sambutannya secara virtual mengatakan, bahwa perwakilan Republik Indonesia di luar negeri selalu bersemangat untuk tetap mempromosikan pariwisata Indonesia dan memperkenalkan keanekaragaman seni budaya yang dimiliki.

"Namun, dalam kondisi pandemi Covid-19 saat ini, belum memungkinkan bagi Konsulat Jenderal RI untuk membawa tim kesenian tampil secara langsung di Mumbai, India," ucapnya.

Melalui pertunjukan virtual ini, Agus mengharapkan dapat membuka wawasan publik tentang kedekatan hubungan Indonesia dan India, yang di antaranya tercermin pada kemiripan beberapa bagian seni budaya yang dimiliki Indonesia dan India.

"Tentunya, semoga pertunjukan ini dapat menjadi momentum bagi sektor pariwisata untuk kembali bangkit," katanya.

Agus menambahkan, antusiasme masyarakat untuk menyaksikan pertunjukan ini antara lain terlihat dari banyaknya penonton yang mengisi lembar pendaftaran, yang terdiri dari kalangan diplomatik, pejabat pemerintah di India, para pelaku usaha dan industri.

"Termasuk, pelaku industri pariwisata yang selama ini turut mempromosikan potensi destinasi pariwisata Indonesia, budayawan, media, mahasiswa dan akademisi, masyarakat India lainnya serta masyarakat Indonesia di seluruh dunia," katanya.

Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum, berharap karya tersebut dapat menjadi penghapus dahaga kerinduan wisatawan India terhadap Bali dan Indonesia pada umumnya.

"India merupakan penyumbang wisatawan terbesar ketiga bagi Bali, sehingga kita tetap lakukan promosi lewat kesenian. Setelah pandemi Covid-19 mereda, kami berharap kunjungan wisatawan India bisa meningkat," ujar guru besar seni karawitan ISI Denpasar itu.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama ISI Denpasar I Ketut Garwa, SSn, MSn mengatakan proses penggarapan sendratari tersebut sudah dimulai sejak 7 Oktober 2020.

ISI Denpasar, lanjut dia, menetapkan standar tinggi untuk pementasan itu dan tiap rangkaian garapan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Para penabuh yang biasanya 45 orang dikurangi tidak lebih dari 25 orang dan tentu dengan jaga jarak karena garapan dinikmati pula oleh masyarakat internasional.

Akademisi Dr Kadek Suartaya, SSKar, MSi selaku art director menjelaskan, Lembayung Kuruksetra Mahabharata dibagi dalam empat bagian.

Diawali dengan prolog yang menggambarkan ketokohan seorang Bisma. Bisma adalah salah satu tokoh utama dalam wiracarita Mahabharata, putra dari Prabu Santanu dan Dewi Gangga. Ia juga kakek dari Pandawa maupun Kurawa.

Bagian berikutnya dilanjutkan dengan adegan perang antarbala tentara Pandawa versus Kurawa, lalu perang Arjuna versus Bisma. Karena ketangguhan Bisma yang berada di pihak Kurawa, pasukan Pandwa sempat dibuat kocar-kacir. Yudistira pun patah arang dan tak berdaya.

"Lalu munculah Krisna menguatkan hati Yudistira. Krisna membeberkan bahwa Bisma punya kelemahan yakni Srikandi. Hanya Srikandi yang bisa mengalahkannya. Aku siapkan Srikandi membantu Arjuna untuk melawan Bisma," ujar Suartaya mengisahkan.

Hingga akhirnya dalam pertempuran yang sengit di medan Kuruksetra, Krisna langsung memerintahkan Srikandi dan Arjuna membentangkan busur panah ke tubuh Bisma. Dalam hitungan detik, tubuh Bisma ditembus ribuan anak panah

Pandawa kemudian menghampiri Bisma yang sudah tak berdaya. Bisma berpikir inilah saatnya pulang ke Sunia Loka. Namun, ia menunggu waktu yang tepat sembari menyaksikan kehancuran Kurawa.

"Bisma memilih waktu sore hari kematiannya, saat lembayung atau langit di barat berwarna merah jingga. Inilah ihwal cerita garapan kami," katanya.

Menurut Suartaya, hikmah yang bisa dipetik dari Lembayung Mahabharata, sesuai pesan Bisma kepada Pandawa, yakni umat manusia wajib menjaga perdamaian dunia dan hentikan perang saudara apapun alasannya.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar lewat tayangan virtual juga menyebutkan bahwa pertunjukan ini sangat penting, untuk hubungan dua negara.

"Sebuah simbol yang kuat untuk optimisme kita menyambut new normal. Menuju pemulihan regional dan global," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement