REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Otoritas Food and Drug Administration (FDA) AS baru-baru ini menyetujui salah satu obat eksperimental darurat untuk melawan virus corona. Obat yang sempat diterima Presiden AS Donald Trump saat terinfeksi Covid-19 itu, dibuat oleh perusahaan bioteknologi Regeneron, sebagai pengobatan antibodi kedua yang mendapatkan persetujuan oleh FDA.
"Otorisasi darurat dari antibodi monoklonal yang diberikan bersama-sama ini menawarkan alat lain bagi penyedia layanan kesehatan dalam memerangi pandemi," kata Dr. Patrizia Cavazzoni, direktur pelaksana Pusat Evaluasi dan Penelitian Obat FDA mengutip NPR, Ahad (23/11).
Dia menegaskan, langkah untuk pengembangan, evaluasi, dan ketersediaan terapi Covid-19 akan terus difasilitasi. Persetujuan untuk melakukan perawatan itu, kata dia, juga menggabungkan dua antibodi, casirivimab dan imdevimab. Dalam uji klinis terhadap 800 orang, campuran tersebut terbukti secara signifikan mengurangi tingkat virus dalam beberapa hari setelah pengobatan.
Menurut keterangan otorisasi pada Sabtu kemarin, FDA menjelaskan bahwa obat tersebut hanya untuk pengobatan Covid-19 ringan hingga sedang. Utamanya, pada pasien berusia 12 tahun ke atas yang berisiko tinggi mendapatkan gejala yang lebih parah.
Atas dasar itu, Gedung Putih menyerukan ada "hasil yang menjanjikan". Pemerintah telah menghabiskan hampir setengah miliar dolar AS demi mendukung pembuatan skala besar perawatan antibodi Regeneron untuk pengiriman ke rumah sakit AS.
"Karena kemajuan dalam kualitas perawatan, ada informasi bagi personel medis untuk merawat pasien dengan lebih baik, dan vaksin akan lebih cepat menuju persetujuan dari sebelumnya, Amerika Serikat tidak pernah lebih siap untuk menghadapi virus corona dan menyelamatkan jutaan nyawa seperti kita sekarang, " kata juru bicara Gedung Putih Michael Bars dalam sebuah pernyataan.
Obat Regeneron, yang disebut REGEN-COV2, dirancang untuk meniru apa yang difungsikan sistem kekebalan, melalui penggunaan antibodi yang sangat kuat untuk menetralkan virus. Hal itu juga ditegaskan oleh Kepala Ilmu Pengetahuan Regeneron George Yancopoulous dalam sebuah pernyataan.