REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Islam harus mampu mentransformasikan nilai-nilainya menjadi kekuatan utama perdamaian, termasuk pada media. Era media baru ditandai oleh dominannya para buzzer, berkembangnya hate speech, bullying, dan propaganda.
“Kita sedang memasuki era baru media yang ditandai antara lain oleh buzzer, hate speech, bullying, dan propaganda. Ini tentu mengganggu perdamaian dunia. Karena itu, transformasi nilai Islam dalam sosio-kultur sangat dibutuhkan. Peran umat beragama, peran ilmuwan menjadi penting,” ujar Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Wahyudin Darmalaksana dalam sambutannya pada acara Konfrensi Internasional bertajuk "The 2nd Conference on Islamic and Socio-Cultural Studies (CISS) on Islam and the Making of Religious Harmony: The Transformation of Contemporary Islamic Thoughts in The Era of New Media", Senin (23/11).
Wahyudin berharap para presenter yang akan tampil dalam konferensi internasional pada 23-27 November 2020 itu dapat menyumbangkan pikiran dan hasil risetnya untuk menjawab persoalan ini. Ia optimistis sumbangsih pemikiran itu akan memberikan dampak kebaikan untuk masa depan dunia.
“Ada banyak akademisi dan peneliti pemakalah di agenda ini, bahkan dari lingkungan mahasiswa. Secara khusus untuk seluruh mahasiswa presenter paper di konferensi ini, I love you all,” ungkapnya.
Wakil Rektor I Bidang Akademik UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Rosihon Anwar mengapresiasi konferensi internasional ini. “Saya juga mengapresiasi penyelenggaraan kegiatan ini serta saya mengucapkan selamat dan sukses,” ucapnya.
Prof Rosihon optimistis konferensi ini pasti memberikan dampak yang besar sebagai sumbangan pemikiran bagi tranformasi Islam di era baru media. “Ide-ide besar dari konferensi ini sangat kami tunggu. Selamat atas partisipasi audiens dan presenter, yakin sukses dan berhasil,” tegas Wakil Rektor I.
Ketua panitia Dadang Darmawan melaporkan, konferensi ini menghadirkan para pemakalah utama dari berbagai universitas dunia, yakni Eropa, Amerika, Australia, dan Malaysia. Tampil juga para pemakalah pendamping dari dalam negeri. Presenter pada konferensi ini terseleksi 318 orang. “Peserta lebih dari 500 orang, namun kapasitas virtual meeting terbatas hanya 500 Orang. Karena itu, kami atas nama panitia mohon maaf atas segala keterbatasan,” kata dia.
Konferensi internasional ini menampilkan sederet narasumber kunci antara lain: Prof Muhamad Ali dari University of California, Amerika Serikat; Adis Duderija, Griffith University, Queensland, Australia; Prof Khadijah binti Mohd Khambali, Academy of Islamic Studies, University of Malaya, Malaysia; Ismail Ahmed, Passion International University (PIUSAD), Morocco; dan Prof. Etin Anwar Hobart and William Smith College, Amerika Serikat.
Tampil sebagai narasumber kunci di hari pertama, yaitu Prof.Muhamad Ali, yang menyajikan topik “Contemporary Trends in Religious Studies.” Adapun narasumber pendamping yakni Yeni Huriani, dosen Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung dengan topik “Women as Agents of Religious Tolerance.”