Rabu 25 Nov 2020 13:23 WIB

Pembangunan JLS Jatim Diyakini Tepat Waktu

Dari 675,31 km, pembangunannya masih menyisakan 301,18 km yang belum selesai.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Bilal Ramadhan
Warga menyingkirkan material longsor di jalur lintas selatan ((JLS) Pacitan, Jawa Timur, Rabu (29/11).
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Warga menyingkirkan material longsor di jalur lintas selatan ((JLS) Pacitan, Jawa Timur, Rabu (29/11).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Komisi D DPRD Jawa Timur Kuswanto optimistis pembangunan Jalur Lintas Salatan (JLS) Jatim yang diproyeksikan menjadi pengungkit wisata Pantai Selatan (Pansela) dapat segera diselesaikan. Kuswanto berharap, pemerintah pusat bisa ambil bagian dalam penyelesaian proyek tersebut. Mengingat, masih besarnya sisa jalan yang harus dituntaskan.

Jalur Lintas Selatan di Jawa Timur memiliki panjang mencapai 675,31 kilometer. Pembangunannya masih menyisakan 301,18 kilometer yang belum selesai dikerjakan. Saat ini, 86,48 kilometer di lot 6,7,8, dan 9 sedang dikerjakan yang dananya berasal dari pinjaman Islamic Development Bank (IDB).

"Jadi yang belum tersentuh 214,70 kilometer. Kemudian 47,19 kilometer belum dibebaskan," kata kuswanto melalui pesan singkatnya, Rabu (25/11).

Kuswanto mengungkapkan, anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp 4,784 triliun. Pihaknya terus mendorong selesainya proyek yang menurutnya akan menjadi landmark untuk dipersembahkan kepada masyarakat Jatim di pesisir selatan. Dia berharap, pada 2024 pembangunan JLS yang melintasi Jatim bisa terselesaikan.

Wakil Ketua DPRD Jatim Anik Maslachah menyebut, Jalur Lingkar Selatan Jatim atau Pansela akan mampu menjadi pengungkit untuk mengurangi disparitas di Jatim. Mengingat, saat ini industri hanya terpaku di enam daerah besar dari total 38 kabupaten/ kota di Jatim. Yakni, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Pasuruan, dan Kediri.

"Satu hal yang menyebabkan disparitas tinggi adalah pembangunan infrastruktur jalan masih mengalami hambatan," kata Anik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement