Rabu 25 Nov 2020 18:39 WIB

Kembangkan Ekosistem Digital Syariah Harus Berjamaah

Potensi yang masih besar bisa menggerakan ekonomi syariah.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Fuji Pratiwi
Online Talkshow Mandiri Syariah:
Foto: dok Mandiri Syariah
Online Talkshow Mandiri Syariah: "Future Sharia Bank In Leading Digital Era". Pengembangan ekosistem digital syariah Indonesia dinilai perlu kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan ekosistem digital syariah Indonesia perlu kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak. Mulai dari regulator, hingga pelaku industri seperti perbankan, nonbank, e-commerce, fintech, dan lainnya.

Head of Digital Banking Sales & Partnership Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah), Riko Wardhana mengatakan, ekosistem digital syariah adalah masa depan yang harus disongsong oleh industri keuangan syariah. Potensi ke depan yang luar biasa besar tersebut hanya bisa diraih dengan kolaborasi.

Baca Juga

"Terbuka pada sinergi akan menjadi semacam pintu masuk pada pasar yang luas sekali, dengan bersama-sama kita bisa tumbuh," kata Riko dalam Online Talkshow bertema: "Future Sharia Bank In Leading Digital Era", Rabu (25/11).

Head of Sharia Group LinkAja, Widjayanto Djaenudin sepakat kolaborasi adalah kunci dari pengembangan ekonomi digital syariah Indonesia. Dalam konteks uang elektronik berbasis syariah, LinkAja melihat potensi yang masih besar bisa menggerakan ekonomi syariah.

Sejak tahun 2013, perkembangan uang elektronik selalu lebih tinggi mencapai 80-90 persen. Per September 2020, volume transaksinya telah mencapai Rp 145 triliun dengan 3,4 miliar transaksi. Peningkatan saat pandemi pun masih lebih tinggi.

Ke depan, era digital banking akan membutuhkan uang elektronik, termasuk di ekosistem digital syariah. Baik sebagai penempatan dana, penggunaan layanan transaksi, use case yang beragam dan lainnya.

"Dengan open API, open banking, semuanya menjadi mungkin tumbuh bersama," kata Widjayanto.

Head of Tokopedia Salam, Garri Juanda juga sepakat kolaborasi sangat penting. Selain menghemat waktu dan biaya, kolaborasi akan semakin nyaman bagi konsumen yang bisa menikmati beragam pengalaman keuangan lebih baik.

Era keterbukaan dan kolaborasi akan membuat masyarakat bisa mendapatkan pelayanan yang lebih cepat dalam bertransaksi. Teknologi memungkinkan personalisasi data sehingga menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

"Dengan API based kita bisa olah data lebih banyak lagi untuk personalisasi, konsumen bisa bertransaksi lebih cepat sehingga bisa beribadah lebih lama," kata Garru. 

Tokopedia sendiri saat ini memiliki ekosistem 10 juta penjual dengan 100 juta kunjungan konsumen per bulannya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement