Rabu 25 Nov 2020 23:20 WIB

Demonstran Gugat Kekayaan Raja Thailand

Polisi telah memanggil banyak pemimpin pengunjuk rasa karena menghina monarki.

 Raja Thailand Maha Vajiralongkorn Bodindradebayavarangkun (tengah) dan Ratu Thailand Suthida (kanan) menyambut para pendukung di luar Istana Agung setelah upacara Buddha untuk mendiang Raja Chulalongkorn, atau Raja Rama V, di Bangkok, Thailand, 23 Oktober 2020. Tanggal 23 Oktober, menandai peringatan kematian Raja Thailand Chulalongkorn, yang meninggal dunia pada tahun 1910.
Foto: EPA-EFE/NARONG SANGNAK
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn Bodindradebayavarangkun (tengah) dan Ratu Thailand Suthida (kanan) menyambut para pendukung di luar Istana Agung setelah upacara Buddha untuk mendiang Raja Chulalongkorn, atau Raja Rama V, di Bangkok, Thailand, 23 Oktober 2020. Tanggal 23 Oktober, menandai peringatan kematian Raja Thailand Chulalongkorn, yang meninggal dunia pada tahun 1910.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Para pengunjuk rasa Thailand, Rabu, meminta Raja Maha Vajiralongkorn untuk menyerahkan kendali atas kekayaan kerajaan bernilai puluhan miliar dolar.  Tuntutan para pengunjuk rasa boleh dibilang tabu karena telah melanggar hal yang sejak lama dianggap tabu yaitu mengkritik raja.

Polisi telah memanggil banyak pemimpin pengunjuk rasa atas tuduhan menghina monarki, yang dapat diancam hukuman 15 tahun penjara. "Hukum ini kuno dan biadab. Setiap kali digunakan, ia merusak monarki dan bangsa," kata Parit "Penguin" Chiwarak, yang termasuk di antara mereka yang menghadapi dakwaan.

Baca Juga

Demonstrasi, yang diikuti oleh beberapa ribu orang, awalnya dijadwalkan di Biro Properti Mahkota yang mengelola aset kerajaan. Tetapi setelah polisi membangun barikade pengepungan dari peti kemas dan kawat berduri, unjuk rasa dipindahkan ke markas besar Siam Commercial Bank (SCB). Raja memiliki lebih dari 23 persen saham di sana, menjadikannya sebagai pemegang saham terbesar.

“Seharusnya saham SCB bukan milik raja tetapi kementerian keuangan, jadi dividen-nya bisa digunakan untuk membangun negara,” kata Boss (28), seorang pengunjuk rasa yang enggan menyebutkan nama lengkapnya.

Istana tidak memberikan komentar sejak protes dimulai. Tetapi ditanya tentang aksi pengunjuk rasa baru-baru ini, sang raja mengatakan mereka "semua dicintai dengan cara yang sama".

Beberapa kritikus raja mengutip kata-kata itu dengan sinis setelah polisi melakukan pemanggilan terhadap sejumlah orang atas tuduhan menghina kerajaan. Kelompok pembela hak asasi manusia internasional juga mengutuk penggunaan tuduhan itu.

Sejak Juli, pengunjuk rasa telah menyerukan pencopotan Prayuth, mantan pemimpin junta dari kursi perdana menteri. Prayuth menolak tuduhan bahwa dia merekayasa pemilu tahun lalu untuk mempertahankan kekuasaan yang direbutnya dalam kudeta 2014.

Para pengunjuk rasa juga berusaha membuat raja lebih bertanggung jawab di bawah konstitusi. Mereka mendesak agar perubahan, yang dulu memberinya kendali pribadi atas beberapa unit militer dan aset mahkota --yang diperkirakan bernilai lebih dari 30 miliar dolar AS, ditarik.

sumber : Reuters/antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement