REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK — Seorang pejabat Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand mempertanyakan keputusan pemerintah untuk membeli vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca. Hal itu terjadi setelah perusahaan tersebut mengungkapkan ketidaksesuaian dalam uji coba.
Pertanyaan itu semakin menjadi, ketika Pemerintah Thailand juga mengatakan rencananya untuk membeli vaksin virus corona yang sedang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford. Rencana itu juga ditegaskan beberapa waktu lalu oleh wakil juru bicara pemerintah, Traisuree Taisaranakul.
Menurutnya, pembelian tersebut diperkirakan bernilai lebih dari 6 miliar baht atau Rp 200 juta dolar AS. Berdasarkan informasi, gelombang pertama akan dikirim pada pertengahan 2021.
“Ada beberapa masalah dengan AstraZeneca dan pengungkapan publik sejak hasil awal terungkap,” kata pejabat Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand yang tidak mau disebutkan namanya mengutip Thai enquirer, Kamis (26/11).