REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau, di mana hanya sekitar 7.000 pulau yang berpenghuni.
Beberapa pulau berpenghuni di Indonesia berada di daerah yang sulit terjangkau. Sehingga, akses layanan kesehatan di beberapa pulau tersebut minim dan kurang memadai.
Kimia Farma melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) bekerja sama dengan Badan Wakaf Al Qur'an (BWA) meluncurkan Program Klinik Apung untuk membantu pemerintah meningkatkan layanan kesehatan di pulau terpencil Indonesia.
Direktur Umum dan Human Capital Kimia Farma, Dharma Syahputra menyampaikan bahwa Klinik Apung dirancang sebagai salah satu misi kemanusiaan Kimia Farma dalam menyehatkan masyarakat Indonesia, khususnya di masa pandemi Covid - 19.
Dharma juga menambahkan, kegiatan ini sesuai dengan komitmen Kimia Farma dalam membantu pemerintah mengimplementasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) terkait upaya memastikan kehidupan yang sehat dan mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik bagi seluruh masyarakat dari segala kalangan dan usia.
“Sebagai perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang kesehatan, kami memiliki tekad untuk turut andil menyehatkan masyarakat, khususnya di masa pandemi Covid – 19. Di mana, kesehatan menjadi isu utama saat ini. Melalui Program Klinik Apung kami berharap, pelayanan kesehatan di Indonesia menjadi lebih baik,” ungkap Dharma dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (30/11).
Ia menjelaskan, Klinik Apung Kimia Farma merupakan kapal kedua yang berlayar atas nama Program Klinik Apung. Di mana sebelumnya, kapal pertama telah berlayar di daerah Lombok Barat, NTB. Kali ini, Kimia Farma bekerja sama dengan BWA mengadakan serangkaian kegiatan bakti sosial dan pelayanan kesehatan melalui Road Trip ke pulau-pulau kecil di wilayah Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
“Tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan, Road Trip Klinik Apung Kimia Farma juga dilakukan sebagai bentuk assessment atau survey awal guna merancang program terbaik dengan menyesuaikan kondisi lingkungan dan masyarakat di kawasan pulau terpencil Kepulauan Seribu,” ujarnya.
Selain itu, program Klinik Apung dibuat untuk mengedukasi masyarakat terkait Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). “Sehingga, ke depannya tercipta kawasan sehat yang masyarakatnya lebih mandiri dalam meningkatkan pengetahuan PHBS di lingkungannya,” tuturnya.
Sementara itu Ichsan Salam selaku COO (Chief of Oprational) BWA menyampaikan bahwa kolaborasi ini merupakan solusi bagi masyarakat yang kesulitan dalam menjangkau layanan kesehatan di daerah terpencil.
“BWA dan Kimia Farma memiliki misi kemanusiaan dan bisa berjalan bersama untuk tujuan mulia ini. Selain itu, Kimia Farma sebagai BUMN bisa mengimplementasikan CSR-nya untuk mendukung SDGs pemerintah dalam meningkatkan kesehatan,” ungkapnya.
Menurut Ichsan, Road Trip Klinik Apung ini menggunakan Kapal Motor (KM) Jelajah Pulau Terpencil Nusantara (JPTN) Fatahillah yang merupakan wakaf dari para wakif dan dermawan BWA yang telah dimodifikasi sedemikian rupa. Di dalam kapal terdapat ruang klinik yang dilengkapi dengan sarana alat kesehatan.
Ichsan menjelaskan, Klinik Apung ini akan menjangkau depan pulau di wilayah Kepulauan Seribu dengan metode Road Trip terhitung dari awal Desember 2020 sampai dengan Juli 2021. “Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Lancang, Pulau Untung Jawa, Pulau Tidung, Pulau Pari, Pulau Harapan (Kelapa), Pulau Pelangi, Pulau Panggang, dan Pulau Pramuka,” jelasnya.
Sebagai bentuk kepedulian Kimia Farma dalam meningkatkan layanan kesehatan di wilayah Indonesia yang kurang terjangkau, Program Klinik Apung Kimia Farma diharapkan dapat menjadi sarana bagi masyarakat di daerah terpencil agar bisa merasakan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan spesialis secara berkala, pelayanan kesehatan ibu dan anak, juga pelayanan gawat darurat secara gratis.
“Semoga ke depannya dapat tercipta kawasan yang sehat di pulau terpencil dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat dan bersih, serta berfokus pada pengurangan sanitasi yang berkelanjutan, penurunan angka stunting, dan peningkatan kelangsungan hidup ibu dan anak,” paparnya.