Senin 30 Nov 2020 17:29 WIB

Angka Pengangguran Jabar Naik Akibat Pandemi

Kota Cimahi, Kota depok, dan Bogor menyumbang PHK cukup tinggi.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Gelombang PHK (ilustrasi)
Foto: republika
Gelombang PHK (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wakil Gubernur Jawa Barat UU Ruzhanul Ulum menyatakan, terjadi peningkatan angka pengangguran di Jawa Barat. Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi yang sempat terjun bebas akibat vakumnya pergerakan masyarakat saat pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Uu mengatakan, persentase angka pengangguran tersebut diketahui berdasarkan laporan dari tim pemulihan ekonomi.

 

"Jadi sekarang angka pengangguran di Jabar naik 30 persen," ujar Uu, Senin (30/11).

 

Menurut Uu, terdapat sejumlah daerah di Jabar yang menyumbangkan angka pengangguran terbanyak. Dari 27 kota/kabupaten, terdapat tiga daerah yang cukup banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).

 

"Beberapa daerah yang banyak pengangguran situasi ini adalah Kota Cimahi, Kota depok, dan Bogor, ini mungkin karena ekonominya di sana menurun sehingga ada yang melakukan PHK," katanya. 

 

Kendati demikian, kata dia, terdapat berita baik di Jawa Barat yang terjadi belakangan ini. Ekonomi Jabar kembali tumbuh di angka 2 persen setelah sebelumnya sempat terjun bebas. 

 

"Sebelum pandemi Covid-19 ini pertumbuhan ekonomi di Jabar mencapai 5,8 persen melebihi nasional, tapi setelah adanya Covid sempst minus 5 (persen) lebih. Sekarang sudah di atas 2 persen," paparnya. 

 

Pergerakan ekonomi di Jabar, kata dia, terbanyak disumbang dari sektor industri yang belakangan ini sudah kembali bergeliat. Di mana industri ini dapat mencapai 40 persen perekonomian di Jabar. 

 

"40 persen eknomi jabar ada di industri. maka karena menggeliat ini ekonomi bisa bergerak kembali. Dan 28 persen ekspor skala nasional ada di Jabar," katanya.

 

Menurut Uu, yang menyebabkan turunnya ekonomi di  Jabar yaitu diakibatkan oleh vakumnya pergerakan masa setelah PSBB. Karena itu, pihaknya berharap kepada masyarakat untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan sehingga tidak ada hal yang mengarah pada PSBB. 

 

"Pola hidup bersih dan sehat dan melaksanakan 3M ini harus menjadi kebiasaan masyasraat. Kalau tidak maka akan ada peningkatan (kasus Covid-19) tinggi, maka ada PSBB, dan ekonomi turun kembali," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement